Chapter 25. He's too Dangerous

11.3K 1K 42
                                    

Waktu menunjukkan pukul satu siang. Saat ini, di hari Minggu yang cerah, Tania dan sang ibu sedang berada di dapur, berberes setelah makan.

Tania membantu ibunya dengan mencuci piring, sementara sang ibu mengepel.

Sesaat, Rani menatap ke arah Tania yang membelakanginya.

Akhir-akhir ini, puterinya tak bersikap seperti biasanya. Ia banyak melamun, dan lebih suka berdiam diri di kamar.

Sudah beberapa hari terlewat semenjak Tania mengatakan bahwa ia dan Fernando sudah tidak lagi bersama. Namun Tania masih begitu terpuruk, Rani dapat menyadarinya.

Akan tetapi, ada sesuatu yang mengganjal diperasaannya.

Rani berjalan mendekat. Ia berdiri di dekat Tania yang sedang mencuci piring.

"Tan, semalem Fernando dateng lagi, nanyain kamu, mau ngobrol sama kamu, tapi kamu gak mau keluar kamar," tutur Rani.

Tania yang mendengar itu terdiam sesaat. Ia mengangguk.

"Iya bu, Tania emang gakmau ketemu," jawabnya.

"Tania."

Rani menyentuh lembut lengan puterinya.

"Ibu paham kamu sakit hati, tapi menurut ibu, gak ada salahnya ngebiarin Fernando ngomong langsung ke kamu, gak ada salahnya kasih Fernando kesempatan buat jelasin apa yang terjadi."

"Gimana kalo ternyata Fernando memang gak salah? bukannya kamu bakal nyesel kehilangan orang yang udah bertahun-tahun kamu cintain?"

Tania masih terdiam mendengarnya. Ia ingin melanjutkan mencuci piring, namun ucapan ibunya membuat perasaannya berantakan.

Rani yang melihat itu tersentak. Tania tiba-tiba menangis dalam diam.

"Tania."

Rani langsung membawa Tania ke pelukannya, membiarkan gadis itu meluapkan perasaannya.

"Aku juga sedih bu, aku sedih banget gak ketemu lagi sama kak Nando.. sakit.." gumam Tania disela tangisnya.

"Tapi aku lebih sakit lagi kalo harus berhadapan sama dia, aku lebih sakit lagi kalo inget dia yang udah nyakitin aku," lanjutnya.

"Aku ngerasa gak penting lagi buat kita ketemu, kak Nando udah bohong, dia udah selingkuh, apa lagi yang harus diobrolin?"

Rani menelan ludahnya. Ia kini memeluk puterinya dengan erat tanpa bisa berucap.

Rani tak kuat mendengarnya. Ia tak kuat melihat Tania yang menangis di pelukannya.

"Iya nak, ibu ngerti," ucap Rani akhirnya sambil mengusap punggung Tania.

Sementara Tania kini berusaha menghentikan tangisnya. Ia sesungguhnya malu menangis seperti ini di depan ibunya.

Namun mau bagaimana lagi? di tengah keramaian, maupun di dalam keeningan, selalu muncul saat dimana Tania tiba-tiba merasakan perih yang luar biasa, mengingat bahwa segala keindahan dan kebahagiaan yang ia jalani bersama Fernando selama ini, kini tinggal kenangan.

Tok tok!

Tiba-tiba ketukan pintu rumah terdengar.

Tania sontak melepaskan pelukannya dari sang ibu. Ia menatap wajah ibunya dengan perasaan khawatir.

"Ibu bukain dulu."

Kini Ranipun berjalan ke arah depan, sementara Tania masih terdiam di tempatnya.

Mungkinkah itu Fernando?? Tapi kenapa? laki-laki itu biasanya datang di malam hari.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now