Chapter 73. Malam Penentu Nasib

4.1K 503 28
                                    

"Mas Angga?"

Saat ini di suatu perkantoran, seorang laki-laki baru saja keluar dari lift setelah jam kerjanya selesai.

Laki-laki itu adalah Angga. Ia berjalan dari lift, namun langkahnya seketika terhenti setelah ia mendengar seorang gadis yang memanggilnya. Iapun menengok dan melihat Tania yang berjalan ke arahnya.

"Boleh ngobrol sebentar?" tanya Tania.

"Boleh," jawab Angga, kini keduanya minggir sedikit agar tidak menghalangi karyawan yang lalu lalang.

"Ada apa, Tania?" tanya Angga, begitu jarang melihat gadis ini yang menghampirinya duluan.

Tania yang sudah satu minggu menjalani aktivitasnya di kantor setelah izin sakit, kini menelan ludahnya. Ia mencengkram sesuatu di tangannya dan menatap Angga dengan seksama.

"Mas Angga, aku sama keluargaku belum bener-bener berterima kasih atas apa yang udah mas Angga lakuin untuk kami," tutur Tania.

Angga awalnya terdiam berpikir, namun kemudian ia menggeleng.

"Kamu sama orangtuamu udah sering banget berterima kasih ke aku, terlalu sering malah," tuturnya sambil tersenyum.

"Enggak, mas Angga udah ngelakuin banyak banget sampe kami bingung gimana caranya berterima kasih," sahut Tania.

Kini Tania menunjukkan tentengan yang ia bawa di tangannya. "Tolong terima ini, ini masakan ibu aku, buat makan malem mas Angga sama keluarga."

Angga tersentak melihatnya. "Serius?" tanyanya, terlihat berbinar.

Tania mengangguk dan tersenyum. Ia begitu senang melihat Angga yang mau menerima pemberian darinya.

"Maaf cuma ngasih ini mas," tutur Tania, menyadari Angga adalah laki-laki yang sudah mapan dan tak membutuhkan apapun.

Angga kini tersenyum sambil melihat isi tas yang Tania berikan. Ini adalah masakan tradisional yang cukup banyak porsinya.

"Sebenernya ini aja aku udah gak enak nerimanya, Tania," ucap Angga, namun segera dibalas gelengan oleh Tania.

"Ini justru kurang mas, mas Angga kan udah nyelamatin aku dan orangtuaku," tutur Tania.

Kini keduanya sama-sama terdiam. Tania mengingat, betapa besarnya peran Angga dalam kejadian malam itu. Tak hanya terhadapnya dan keluarganya, namun juga terhadap Marcel.

"Mas Angga, aku juga belum pernah minta maaf soal.. la-lamaran.." ucap Tania dengan gugup, ia merasa buruk, mengingat dirinya sudah menolak lamaran Angga dan laki-laki ini masih tetap menolongnya setelah itu.

Sementara Angga kini tersenyum kecil. "Gakpapa Tania, jangan ngerasa bersalah, itu emang hak kamu sepenuhnya."

Tania menelan ludahnya. Sejujurnya, semenjak disakiti oleh Fernando, Tania sempat tidak percaya bahwa masih ada laki-laki baik di dunia ini tanpa mengharapkan imbalan. Tania juga sempat merasa bahwa semua laki-laki memiliki ego yang tinggi dan tidak akan mau menerima penolakan.

Namun Angga berbeda. Laki-kaki ini membuat Tania kembali tersadar, bahwa meskipun jarang, tapi masih ada orang yang begitu baik dan tulus seperti Angga.

"Mas Angga, apa masih mau nolongin aku sekali lagi?"

***

Saat ini, Tania baru sampai di sebuah restoran. Setelah keluar dari gedung kantornya, Tania langsung datang kesini setelah berhasil janjian dengan seseorang.

Sudah hampir satu minggu Tania berusaha menghubungi orang ini, dan ia baru mendapatkan jawabannya sekarang.

Tania tak bisa sepenuhnya menyalahkan, sebab perempuan ini sedang hamil besar, ia pasti sedang tidak mau diganggu oleh Tania dan permasalahan hidupnya.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now