Chapter 60. Melawan Rindu

4.3K 503 17
                                    

Sore itu, Tania berjalan memasuki ruangan pegawai setelah seorang staff memanggilnya lewat telfon. Ia berdiri depan meja staff tersebut.

"Mbak Tania, surat resign nya udah di approve ya, untuk gaji bulan ini akan dikirim sesuai ketentuan yang berlaku, nanti saya kabarin lagi."

Tania mengangguk mendengarnya. "Berarti besok, saya udah gak perlu dateng lagi?"

"Enggak mbak, hari ini hari terakhir."

Tania terdiam sesaat dan menelan ludahnya, hingga akhirnya ia berterima kasih pada staff tersebut dan berjalan keluar dari ruangan ini.

Tania bersandar sebentar di samping pintu ruangan tersebut. Rasanya ia tidak sanggup kembali ke ruang jaga, ruangan yang sudah jadi tempat ia bekerja selama beberapa bulan terakhir. Ia tak sanggup kembali kesana, mengetahui fakta bahwa ini akan jadi hari terakhirnya.

Tania menggigit bibirnya kencang. Apa yang akan terjadi padanya setelah ini? apa ia benar-benar akan kesulitan bertemu dengan Marcel?

Semalam, Tania sudah banyak menangis di kamarnya, meratapi nasibnya. Pikirannya tertuju kemana-mana.

Tania memikirkan jika malam itu ia tidak nekat datang ke apartemen Marcel, hanya karena rasa cemburunya yang tak bisa ditahan, apakah Marcel tidak akan memintanya resign? apakah itu adalah kesalahan terbesar yang Tania perbuat?

Rasa cemburu membayangkan Marcel bersama perempuan lain, membuat mereka berdua kini jadi harus berpisah. Padahal Marcel sudah mengatakan bahwa itu adalah satu-satunya jalan.

Tania mengusap airmata yang tak bisa ia tahan. Tania menyesal. Ia menyesal karena tidak menuruti ucapan Marcel dan membuat hubungan mereka semakin kacau.

***

Setelah meja kerjanya kosong dan rapih, Taniapun bersiap untuk keluar dari ruang jaga ini, dan tak datang lagi esok hari.

Sesaat, kedua mata Tania kembali tertuju ke arah sana, ke arah sel nomor delapan dan sembilan belas yang tidak akan lagi jadi pemandangan Tania sehari-hari.

Seorang laki-laki yang duduk terdiam sembari membaca bukunya, jadi fokus utama Tania saat ini. Marcel bahkan tidak mau mengucapkan perpisahan pada Tania yang sudah ia paksa untuk mengundurkan diri dari sini?

Benar-benar laki-laki yang kejam. Nanti, ketika Tania bertemu dengannya lagi di luar sana, Tania bersumpah akan memukulnya dengan kencang.

Kini Taniapun mulai berjalan pergi. Sepertinya, sipir lain tak ada yang tahu bahwa Tania resign, sebab tidak ada yang mengatakan apapun padanya dan mengira dirinya hanya pulang seperti biasa.

Hal itu tidak masalah bagi Tania, bahkan lebih baik, dibanding harus mengarang alasan kenapa dirinya resign. Mereka tidak mungkin percaya jika Tania mengatakan ada napi yang memaksanya berhenti kerja di sini. Tentu saja tidak.

***

Malamnya, di sebuah restoran yang sederhana, Tania sedang makan bersama kedua orangtuanya. Mereka duduk lesehan, Tania menghadap ayah dan ibunya yang duduk bersampingan.

Suasana di restoran ini cukup ramai, namun begitu nyaman. Tania juga sudah memesankan beberapa jenis makanan untuk mereka bertiga.

"Jadi ini kita syukuran Tania pindah kerja apa gimana?" tanya Adam, ayah Tania.

Tania tersenyum kecil. "Dulu kan gaji pertama di lapas aku traktir bapak sama ibu, sekarang gaji terakhir aku mau traktir juga," tuturnya.

"Ada-ada aja kamu Tania, tapi gakpapa, ibu justru makasih, udah lama banget gak makan di restoran gini," ucap Rani.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now