Chapter 71. Berdoa Untuknya

4.1K 501 10
                                    

Di malam yang kelam ini, Marcel telah menyudahi pertumpahan darah yang terjadi. Ia menyudahi ancaman paling besar yang menimpa gadisnya selama ini.

Marcel merasa begitu lega sekarang, ia berbaring dan menutup mata dengan tenang karena akhirnya berhasil menepati janjinya pada Tania. Ia tidak membutuhkan waktu terlalu lama, untuk menyingkirkan Selena dari hidup mereka berdua.

Namun perasaan lega itu sama sekali tak dirasakan oleh Tania. Tania yang sedari tadi menyaksikan semua itu, kini merasakan tubuhnya yang gemetaran. Ia melihatnya. Ia melihat perempuan bernama Selena yang perutnya sudah tertusuk pisau.

Selena masih terlihat menunjukkan pergerakan, namun darah yang keluar dari perutnya semakin lama semakin banyak.

Tania tak bisa melakukan apapun. Ia terlalu panik dan tersentak, hingga tubuhnya sulit bergerak.

Marcel menusuk Selena. Ia menusuk Selena dengan pisau itu. Marcel melakukannya.

Kini pandangan Tania beralih ke arah kekasihnya. Marcel sudah berbaring tak sadarkan diri, dengan tubuh yang juga berlumuran darah terutama di wajahnya. Kondisi Marcel benar-benar mengkhawatirkan, laki-laki ini harus segera mendapatkan pertolongan.

Tiba-tiba, suara sirine terdengar samar. Apakah itu ambulans? atau mobil polisi? atau mungkin keduanya? Tania sudah terlalu lemah hingga tak bisa membedakannya.

Suara langkah kaki akhirnya terdengar. Tiga orang polisi masuk ke dalam ruang bawah tanah dan memegang senjata di tangan mereka.

Tak lama, seorang yang tak mengenakan seragam juga menyusul. Kedua matanya membulat melihat apa yang terjadi di alam ruang bawah tanah ini sekarang.

Tania yang masih terduduk dengan gemetaran kini jadi tujuan pandangan mereka, sebelum Marcel dan Selena yang tergeletak di lantai.

Salah satu polisi itu menghubungi rekannya, seperti meminta untuk segera dikirimkan bantuan.

Tak lama, beberapa anggota medis yang juga sudah datang langsung memasuki ruangan. Mereka membawa brankar dan menghampiri Selena dan Marcel, dua orang yang tergeletak dengan kondisi paling parah, dan ada pisau yang menancap di tubuh mereka.

Tania yang melihat itu hanya bisa terdiam dan gemetaran. Ia melihat kekasihnya yang sudah dibawa pergi oleh tim medis.

Kini para polisi kembali menatap Tania dan meminta Tania mengangkat tangannya ke atas, sebab ia adalah satu-satunya diantara mereka bertiga yang berada dalam keadaan sadar.

Gadis itu menurut karena takut. Ia sudah tidak tahu harus bagaimana.

Sementara laki-laki yang tak mengenakan seragam polisi itu segera mendekat ke arah Tania. Laki-laki itu adalah Angga.

"Pak, ini Tania yang saya sebutin tadi, dia korban pak, sama orangtuanya juga," tutur Angga pada para polisi itu, kemudian menunjuk ke arah Adam dan Rani yang masih duduk dan terikat. Rani sudah terlihat tak sadarkan diri sekarang.

"Saya mengerti pak Angga, tapi semua yang ada disini harus tetep menjalani pemeriksaan, termasuk mbak Tania, apalagi kalau ternyata ada korban jiwa."

Tania yang mendengar itu menelan ludahnya. Perasaannya sudah terlalu campur aduk hingga ia tak bisa menunjukkan ekspresi apapun sekarang.

"Berdiri mbak," ucap polisi tersebut.

Tania menurut. Ia berdiri meskipun tubuhnya sudah sangat lemah dan tak sanggup melakukan apapun lagi.

"Pak.. tolong selamat ibu dan bapak saya.." ucap Tania dengan sangat pelan dan lemah.

"Iya mbak, kami akan segera evakuasi semua yang ada disini, mbak sekarang ikut kami."

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now