Chapter 65. Don't Come just to Leave Again

4.6K 531 26
                                    

Wajah Taniapun langsung menabrak dada laki-laki itu, dan ia hampir terjatuh sebelum pinggangnya ditahan oleh tangan yang besar.

Tania langsung memberontak dan berteriak, sebab ia mengira dirinya tertangkap oleh salah satu komplotan preman tersebut.

Tubuh Tania gemetar hebat. Ia hampir pecah lagi dalam tangisannya. Gadis itu perlahan mendongak untuk menatap, dan keterkejutan langsung menyelimutinya.

Masker hitam menutupi sebagian wajah laki-laki itu, sehingga hanya dua matanya yang tajam namun menunjukkan kesedihan yang bisa Tania lihat sekarang.

"Marcel?"

Tania mendekatkan satu tangan untuk menurunkan masker yang dikenakan laki-laki itu, agar ia bisa melihat wajahnya dengan jelas, agar Tania tidak ragu lagi akan penglihatannya.

Kini wajah itu sudah terlihat sepenuhnya, dan Tania tak bisa menahan tangisnya. Ia merasakan airmatanya yang mengalir deras.

Ketersentakan bukanlah satu-satunya yang ia rasakan, setelah menyadari bahwa Marcel ada disini sekarang, di hadapannya. Laki-laki yang sudah memenuhi pikirannya selama satu bulan terakhir, tanpa benar-benar menunjukkan dirinya, akhirnya berada disini sekarang.

Namun seperti yang disebutkan, ketersentakan bukanlah satu-satunya yang Tania rasakan.

Tiba-tiba gadis itu melepaskan tangan Marcel dari pinggangnya. Sambil menahan tangis, ia berjalan cepat melewati Marcel, seolah menghindar.

Marcelpun segera menahan tangan Tania, dan menarik gadis itu mendekat lagi padanya.

Tania terus menggeleng dengan tangisannya yang pecah. Airmata berjatuhan tanpa henti, mengingat apa saja yang sudah ia lewati selama ini.

Tania berusaha melepaskan tangan Marcel yang menariknya.

"Tania," ucap Marcel, itu adalah kata pertama yang diucapkan laki-laki ini padanya.

Tania kembali menggeleng, seperti tak mau mendengarkan. Ia tak mau berada di dekat laki-laki ini sekarang.

Dari belakang, Marcel melingkarkan satu tangannya di pinggang Tania. Ia juga mendekatkan wajahnya ke wajah Tania yang tak menatapnya.

"Kenapa?" bisik Marcel lembut.

Sambil menggeleng, Tania terus berusaha melepaskan tangan Marcel dari pinggangnya. Ia tidak mau. Ia tidak mau berada disini sekarang.

"Jangan," ucap Tania, disela tangisannya.

"Jangan dateng sekarnag, aku gak mau," lanjutnya.

Marcel yang mendengar itu terdiam. Meskipun dari samping, namun Marcel bisa melihat wajah sedih gadisnya serta airmatanya yang terus berjatuhan.

"Kamu pasti dateng karena aku kabur dari rumah, kamu pasti dateng cuma mau nyuruh aku pulang ke rumah, aku gak mau," ucap Tania.

"Aku gak mau kamu dateng kalo habis itu pergi lagi, aku udah mulai terbiasa ditinggal sama kamu, jadi gak usah dateng kalo bakal ninggalin aku lagi."

Ucapan yang ia keluarkan dari mulutnya berhasil membuat airmatanya mengalir semakin deras. Namun semua itu sangat ingin ia ucapkan sebab ia tak kuat. Ia ingin Marcel mendengarnya dengan jelas.

Namun hingga saat ini, Marcel masih belum memberikan jawaban apapun, apalagi jawaban yang Tania harapkan. Laki-laki itu hanya mendekat lebih dekat lagi, dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Tania.

Marcel memeluk Tania dari belakang, membuat Tania yang dipeluk semakin tak kuasa. Tania tak lagi memberontak. Ia hanya diam dan pasrah pada situasi saat ini.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now