Chapter 26. Berdebar Kencang (17+)

13.7K 1K 60
                                    

"Marcel!" ucap Tania panik dan mulai berjalan mundur.

Tania merasakan jantungnya yang berdetak kencang. Ia baru menyadarinya! Marcel mabuk! Ini gawat!

Benar saja. Marcel mencium bibir Tania tanpa permisi. Ia melakukannya seara tiba-tiba.

Tania yang dicium kini membulatkan kedua matanya.

APA INI?? APA-APAAN LAKI-LAKI INI?? batin Tania, berteriak dalam hati.

Tania memberontak berusaha melepaskan ciuman Marcel yang semakin dalam di bibirnya, namun berontakan dan dorongan Tania sama sekali tak berguna. Kedua tangan Tania justru diangkat ke atas oleh Marcel dan di dorong ke tembok.

Tubuh Tania begitu tegang. Ia merasa begitu bodoh sekarang.

Kini Tania berusaha menggerakkan kakinya. Ia akan menendang Marcel agar laki-laki ini menjauh darinya.

Namun ketika ia hendak melakukannya, tiba-tiba Marcel melepaskan ciumannya. Marcel menatap wajah Tania dengan seksama.

Tania yang masih melotot karena kaget, kini mengerjap. Ia merasakan bibirnya yang basah karna ciuman Marcel barusan.

Tania hendak berucap, namun tak jadi karena ia melihat Marcel yang tersenyum kecil padanya.

Laki-laki yang sedang mabuk itu belum melepaskan kedua tangan Tania di atas, namun ia menatap wajah Tania dengan seksama, dan menyunggingkan senyuman di bibirnya.

"Maaf," ucap Marcel.

Tania mengernyit. Apa ini? bukankah Marcel mabuk? kenapa ia minta maaf?

Marcel tiba-tiba melepaskan tangan Tania. Ia menyentuh kedua pipi Tania dan mengusapnya lembut.

"Maaf Tania, aku belum jadi bales dendam."

Ah, ternyata Marcel memang mabuk, batin Tania mendengar ucapan Marcel.

"Belum sempet," ucap Marcel lagi.

Tania menelan ludahnya. Laki-laki ini ngelangtur, menandakan dirinya memang mabuk.

Tania kini mendoring dada Marcel, meminta laki-laki itu minggir dan tak lagi menghimpitnya.

Namun Marcel tak bergerak. Ia masih menatap Tania dari dekat.

"Andai aja.."

Tania sontak terdiam. Ia menatap Marcel yang kembali berucap.

"Anda aja.."

"Andai aja apa?" tanya Tania kesal karena Marcel tak melanjutkan ucapannya.

Marcel tersenyum. Ia memperhatikan wajah Tania dengan seksama.

"Andai aja kita ketemu sebelum semua jadi begini, andai aja kita ketemu sebelum Michael mati."

Tania yang mendengar itu tak mengerti. Apa ini? apa yang diucapkan Marcel??

"Andai aja Michael gak pernah mati."

Tania merasakan jantungnya yang berdetak kencang. "M-Michael itu siapa? Kamu ngomong apa Marcel??"

Marcel hanya terdiam. Ia tersenyum kecil menatap Tania.

"Tania."

Tania menelan ludahnya. Sesungguhnya, kenapa Marcel ngelantur seperti ini?

"Gak akan ada akhir bahagia diantara kita berdua, jadi jangan berharap lebih."

Tania mengernyit. "Hah??" ucapnya tak mengerti.

Marcel tiba-tiba kembali mencium bibir Tania, membuat gadis itu tersentak.

Tania melotot. Ia kembali panik. Tania terlalu serius berusaha mencerna ucapan Marcel. Padahal seharusnya ia memafaatkan kesempatan tadi untuk kabur.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now