Chapter 13. Rencana Menikah

12.4K 1K 101
                                    

Sore hari di halte depan lapas, Tania sedang menunggu seseorang menjemputnya. Sambil menunggu, ia merenung, memikirkan beberapa hal.

"Gua takut mati, soalnya kalo gua mati, nanti siapa yang jagain nyokap gua?"

Tania menelan ludahnya. Entah kenapa, obrolannya dengan Marcel tadi begitu menempel di pikirannya. Tania tahu Marcel begitu peduli pada sang ibu, namun ia tak menyangka laki-laki itu sampai takut mati hanya karena tak percaya pada siapapun untuk menjaga ibunya.

Dan jika Marcel terbukti bersalah, laki-laki itu akan dihukum mati? Tania tahu ia tak boleh berpihak pada terduga pelaku kejahatan, namun Tania tak bisa berbohong, ia berharap Marcel tidak terbukti bersalah.

Tiba-tiba suara motor terdengar mendekatinya. Tania melihat seorang laki-laki.

Senyuman langsung tersungging di bibir Tania. Ia bangun dan mendekati laki-laki itu. "Kak Nando," sapanya.

Fernando tersenyum. Ia memberikan helm yang ia bawa kemudian memberikannya pada Tania.

Merekapun bergegas menuju rumah Fernando. Laki-laki itu mengajak Tania main dan makan malam disana, sembari membicarakan apa yang ingin Tania bicarakan padanya.

***

Setelah perjalanan sekitar setengah jam, Tania dan Fernando akhirnya sampai. Mereka turun dan berjalan memasuki rumah.

Tania mengernyit ketika masuk ke dalam. "Ibu sama bapak mana?" tanyanya.

"Mereka lagi keluar, kayanya pulang malem," jawab Tania.

"Adik-adiknya kak Nando? belum pulang kuliah?"

"Nongkrong dulu pasti sama temen-temennya."

Tania mengangguk-angguk. Ia kini duduk di sofa ruang tamu.

"Kamu mau minum apa Tania?"

Tania sontak berdiri. "Gak usah, aku aja yang bikin," ucap Tania. "Aku ke dapur ya?"

Fernando mengangguk. Ketika Tania hendak bergegas pergi, laki-laki itu malah menahan tangannya dan menariknya mendekat.

Fernando melingkarkan tangannya di pinggang Tania, kemudian mengecup pipi Tania dengan lembut.

Tania tersenyum malu. "Mentang-mentang gak ada ibu," ucapnya.

"Iyalah, kalo ada ibuku nanti kita diceramahin sampe besok pagi," sahut Fernando.

Tania terkekeh geli. Ia menatap Fernando yang menatapnya dengan lembut.

Jantung Tania berdetak kencang ketika melihat Fernando mendekat. Iapun memejamkan matanya dan merasakan kecupan lembut bibir Fernando di bibirnya.

Rasanya hangat, dan menenangkan, membuat kupu-kupu berterbangan di perut Tania.

Penyatuan bibir itu berlangsung beberapa menit, hingga akhirnya Fernando melepasnya. Ia tersenyum menatap Tania.

"Aku sayang sama kamu," bisik Fernando di telinga Tania, sambil memeluk gadis itu dengan erat.

Tania tersenyum geli ketika Fernando mengecup telinganya. "Aku juga," jawab Tania.

Kini keduanya saling menatap. "Aku bikinin teh dulu, habis itu kita ngobrol ya?" ucap Tania.

"Iya," jawab Fernando.

Akhirnya Tania berjalan dengan senyuman di bibirnya menuju dapur. Inilah ciuman yang sesungguhnya, mendebarkan seolah ada bunga-bunga yang bermekaran disekitar mereka.

Tania harus lebih sering bertemu dengan Fernando, sebab tiap berdekatan dengan laki-laki itu, Tania jadi tak ingat pada siapapun lagi, seolah dunia hanya milik mereka berdua.

I'm in Love with a Villainजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें