Chapter 5. Ten Minutes Kissing

20K 1.2K 70
                                    

Pagi hari yang cerah di depan sebuah rumah nomor tujuh, Tania menunggu. Ia sudah memencet bel yang berada di dekat pagar.

Tania sudah mengenakan seragam kerjanya, namun ia lapisi dengan cardigan yang biasa ia kenakan ketika berangkat. Di tangannya, sudah ada satu bouquet bunga segar yang ia beli ketika perjalanan kesini. Bouquet itu diisi bunga mawar merah muda, putih, serta beberapa bunga jenis lain sebagai pelengkapnya. Benar-benar cantik, batinnya.

Tak lama, seorang perempuan paruh baya membuka pintu gerbang dan menyambut Tania disana.

Tania sesaat terdiam. Ia pikir, rumah ini ditempati oleh anak dan istri Marcel, tapi sepertinya bukan.

"Pagi bu, ada kiriman bunga untuk Naomi," ucap Tania memberikan bunga tersebut.

"Oh? dari siapa ya?" tanya perempuan itu.

"Dari Marcel," jawab Tania.

"Ah.. yaampun, makasih ya," ucap perempuan tersebut terlihat tersenyum. Ia menatap bunga itu dengan kedua matanya yang berbinar lembut.

Tania menelan ludahnya. Sesungguhnya, siapa perempuan ini? dan siapa perempuan bernama Naomi?

"Kalau gitu, saya permisi bu," ucap Tania.

Tania hendak berjalan pergi, namun perempuan itu kembali memanggilnya.

"Mbak namanya siapa?" tanya perempuan itu.

Tania menelan ludahnya. Iapun memberitahu namanya.

"Tania bu."

Perempuan tersebut tersenyum. "Makasih ya mbak Tania, maaf kalau Marcel sering ngerepotin."

Tania mengernyit. Kenapa ibu ini meminta maaf? batinnya bingung.

"Sama-sama bu," jawab Tania akhirnya. Taniapun bergegas pergi. Ia berjalan keluar dari komplek untuk menaiki angkutan umum dan melanjutkan perjalanannya menuju lapas.

***

Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Tania sudah berada di ruangan ia bekerja, yaitu ruang untuk para penjaga di sel 18 dan 19.

Tania duduk dengan tenang dan mulai mengurus banyak berkas. Selama bekerja disini, dibanding menjaga ketertiban dan keamanan para tahanan seperti sipir lain, Tania lebih banyak diberi tugas meja. Mungkin karena dirinya perempuan.

Kini para tahanan berada di dalam sel masing-masing. Mereka sudah selesai sarapan dan sedang menunggu giliran untuk beraktivitas di luar sel.

Selama bekerja, Tania dapat mendengar obrolan mereka di dalam sel. Kebanyakan tahanan hanya membicarakan tentang pengalaman mereka sebelum masuk sini dan kondisi keluarga mereka di luar sana.

Namun ada satu orang napi yang berhasil membuat fokus Tania teralihkan, siapa lagi kalau bukan Marcel?

"Jadi bos nanti malem mau keluar lagi?"

Marcel tersenyum. Ia menatap Adi, Bani dan Cahyo yang terlihat penasaran.

"Iya, jam sebelas."

"Bukannya bos bilang udah males keluar sekarang?"

"Hm, gua udah dua bulan gak pernah keluar, tapi sekalinya keluar, jadi pengen lagi, ketagihan," ucap Marcel.

"Ahh gua tau nih ngapain kalo yang bikin ketagihan begini," ucap Adi.

Mereka semua tertawa geli, sudah tahu kemana arah pembicaraan ini.

Sementara Tania yang mendengar itu tercengang. Apakah kemarin Marcel kabur? bagaimana caranya?? batin Tana tak mengerti.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now