Chapter 74. Persidangan (part 1)

4K 504 32
                                    

Hari yang telah ditunggu dengan penuh ketegangan akhirnya tiba. Saat ini, Tania dan kedua orangtuanya baru saja masuk ke dalam sebuah ruangan berukuran cukup besar, ruangan dimana persidangan akan segera dilangsungkan.

Jantung Tania sudah berdebar kencang, bahkan sejak semalam. Gadis itu tak bisa tidur nyenyak, rasa takut dan khawatir terus menyelimutinya.

Setelah diminta masuk ke dalam bersama orangtuanya, kini Tania diarahkan untuk duduk di kursi sebagai korban sekaligus saksi mata. Ia dan kedua orangtuanya akan jadi bagian dari penentu, hukuman apa yang akan dijatuhkan pada Marcel karena kejadian di ruang bawah tanah malam itu.

Tania duduk dan merasakan kedua tangannya yang begitu dingin. Ia tidak bisa tenang. Ia begitu takut menghadapi hari ini.

Tiba-tiba Tania merasakan genggaman di kedua tangannya. Ia melihat ibunya yang duduk di sampingnya, dan menatapnya dengan tatapan yang hangat.

"Jangan panik, Tania, kamu harus rileks biar nanti gak ada salah ngomong."

Tania menelan ludah dan mengangguk. Ibunya benar. Tania harus bisa menenangkan dirinya demi kelancaran sidang nantinya.

Marcel tidak bersalah. Kekasihnya yang sudah satu bulan lebih tak ia lihat itu, tidak bersalah. Ia tidak boleh dibebani hukuman atas semua kejadian ini. Ia harus menang dalam persidangan ini.

Kini pintu ruang sidang kembali terbuka, menunjukkan sepasang laki-laki dan perempuan paruh baya, yang Tania yakini merupakan kedua orangtua Selena.

Tania melihat seorang pengacara cukup terkenal yang juga berjalan bersama mereka dan duduk di sisi sebelah kanan ruangan, menandakan bahwa mereka adalah penuntut dan lawan dari Marcel di persidangan ini.

Kedua orangtua Selena dan pengacaranya kini sudah mulai berdiskusi, mereka terlihat begitu serius. Mereka bahkan membawa berkas dan membacanya, seperti sedang melakukan briefing sebelum sidang ini dimulai.

Tania langsung mengalihkan pandangan dari mereka semua. Memperhatikan mereka hanya akan membuatnya semakin panik.

Selena mungkin memiliki orangtua yang berkuasa untuk melindunginya, namun Marcel meliliki Tania, yang tidak akan pernah berhenti berjuang untuknya.

Pintu ruang sidang kembali terbuka, memunculkan seorang laki-laki yang baru saja datang dan diminta untuk masuk ke dalam.

"Mas Angga," gumam Tania.

Angga di kejauhan sana tersenyum, namun kemudian ia berjalan setelah diarahkan oleh seseorang untuk ke kursinya. Angga datang sebagai saksi atas kejadian malam itu.

Ketika Tania meminta Angga menolongnya sekali lagi, Angga menyetujui meskipun ia mengatakan bahwa dirinya mungkin tak akan bisa membawa pengaruh yang besar, sebab ia tidak berada di tempat kejadian ketika kejadian itu berlangsung.

Tania tidak masalah. Sekecil apapun pengaruh yang bisa Angga berikan, ia tetap membutuhkannya. Ia tetap membutuhkan bantuan dari siapapun yang bisa ia mintai bantuan.

"Apa ibunya Marcel gak dateng?"

Pertanyaan sang ayah membuat Tania sontak menengok.

"Enggak pak, tante Naomi bahkan gak tau apapun soal semua ini," jawab Tania pelan.

"Kenapa emang?" tanya Adam.

"S-soalnya dari dulu, Marcel gak pernah mau ibunya dilibatin dalam apapun yang berhubungan dengan dirinya, termasuk persidangan ini, jadi semua ini dirahasiain dari dia."

Adam mengangguk-angguk, sementara Tania menelan ludahnya.

Meskipun begitu, bukankah lebih baik jika Naomi tahu? bukankah Naomi juga bisa jadi saksi bagi Marcel? batin Tania.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now