Chapter 54. I Love You even More

5.9K 636 18
                                    

Saat ini, di sebuah kontrakan kecil yang sepi, malam terasa begitu dingin. Suara ringisan, serta rintihan terdengar pelan.

Di dalam ruang tamu kontrakan tersebut, seorang laki-laki terbaring lemah sambil menahan sakit di tubuhnya.

Laki-laki itu adalah Russel Martin, yang baru saja dihajar habis-habisan oleh Geovano Emerald, hingga dirinya kesulitan bergerak.

Setelah perjuangan yang cukup panjang, iapun berhasil duduk, dan menyandarkan punggungnya di tembok. Ia mengatur nafasnya agar bisa bertahan hingga bantuan datang.

Russel menelan ludah dengan susah payah. Ia terus melihat ke arah pintu, berharap adiknya segera pulang.

Kini Russel jadi teringat lagi. Adiknya, Rashila, pergi karena dirinya. Rashila pergi dari kontrakan ini karena ia yang tak kunjung bisa menjadi kakak yang baik untuknya.

Apa yang sesungguhnya sudah ia lakukan? kenapa ia tak pernah bisa membahagiakan adiknya sendiri?

Senyuman tersungging di bibirnya yang berdarah. Sepertinya, Tuhan langsung membalas perbuatannya, dengan mengirimkan Geovano untuk menghajarnya hingga dirinya babak belur. Semua ini pasti adalah karma untuknya.

Russel masih berusaha menenangkan diri, dan menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya, hingga ia mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya.

Kedua mata Russel kini melihat, ke arah seorang laki-laki yang memasuki kontrakan, dan berdiri di dekatnya.

"Marcel..?" gumam Russel pelan, tak menyangka sepupunya akan berada disini sekarang.

Russel memperhatikan wajah Marcel. Ia melihat banyak memar, serta luka yang juga tercipta disana. Apakah Marcel habis dihajar juga sepertinya?

"Lo.. babak belur juga?" ucap Russel.

"Kenapa..? bokap lo lagi? bokap lo mukulin lo lagi??" tanya Russel dengan raut wajah khawatir, seolah lupa bahwa dirinya juga sedang babak belur sekarang.

Namun Marcel tak menjawab pertanyaan itu. Ia hanya terdiam dan menatap dengan tatapan yang kosong, membuat Russel bingung.

"Mar-" Belum sempat Russel melanjutkan ucapannya, pandangannya langsung tertuju pada sebuah benda kecil yang dikeluarkan Marcel dari dalam kantung jaketnya.

Kedua mata Russel membulat. Jantungnya berdetak kencang, begitu kencang hingga tubuhnya yang babak belur seperti tak merasakan sakit apapun selama beberapa saat.

Nafas Russel yang sudah terengah-engah karena habis dihajar, jadi semakin tak karuan dan sulit dilakukan.

Kini Russel mengerti. Ia mengerti apa yang terjadi saat ini.

Marcel telah menjebaknya. Laki-laki ini menjebaknya hingga ia dihajar habis-habisan oleh Geovano. Dan sekarang, ia datang untuk membunuhnya, terlihat dari pisau kecil yang ia pegang saat ini.

"K-kenapa..?" tanya Russel, dengan mulut yang sulit berucap.

"Kenapa lo.. lakuin semua ini..?" ucapnya lagi, begitu membutuhkan penjelasan dari laki-laki yang sudah jadi bagian dari hidupnya selama bertahun-tahun.

Russel mempercayai Marcel melebihi siapapun, sebab Marcel adalah satu-satunya sanak keluarganya yang masih memiliki hubungan baik dengannya.

"Kenapa Marcel- khh!" Russel tak sanggup berucap dengan kencang. Kepalanya ia sandarkan ke tembok. Perutnya terasa begitu sakit, efek dari pukulan demi pukulan yang ia terima beberapa saat lalu.

Kini Russel mengatur nafasnya yang terengah. Ia meringis sesaat, namun kembali menatap Marcel dengan kedua mata yang tajam.

Marcel tidak datang kesini untuk menolongnya. Ia datang kesini untuk membunuhnya.

I'm in Love with a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang