Chapter 10. Terjebak di Apartemen

16.1K 1.2K 53
                                    

Saat ini di dalam ruangan jaga lapas nomor delapan dan sembilan belas, Tania duduk dengan tenang. Ia sedari tadi mengerjakan pekerjaannya di meja kerja. Beberapa rekap ia lakukan, juga input data yang baru masuk.

Tania menghela nafasnya pelan. Sudah hampir jam makan siang, dan Tania belum juga selesai. Ia tidak biasanya selama ini mengerjakan tugasnya.

Bagaimana tidak? Sejak kemarin, pikiran Tania dipenuhi oleh Marcel. Benar. Kriminal kelas kakap itu berhasil membuat Tania pusing dengan tawarannya.

"Kita ciumannya gak disini, tapi di apartemen gua."

Tania menggigit bibirya kencang. Di apartemen? apa laki-laki itu gila??

Tania sudah berusaha merelakan dirinya membayar hutang secara lunas, tapi laki-laki itu malah kembali mengambil kesempatan.

Perjanjian untuk tidak melepaskan pakaian sudah Marcel setujui, tapi jika ia memberi syarat di apartemen, bukankah sama saja bahayanya??

Tania memijat keningnya frustasi. Lagipula, sejak kapan laki-laki itu memiliki apartemen sendiri?!

Sesaat Tania teringat. Kartu ATM milik Marcel yang ia pegang saja berisi uang dengan angka nol di belakang yang begitu banyak. Tentu saja tidak sulit bagi laki-laki itu memiliki satu unit apartemen.

Tania menghela nafasnya kasar. Mengingat kartu ATM, tadi pagi Tania kembali menjalani aktivitas mingguannya. Ia membawa satu bouquet bunga segar ke alamat rumah perempuan bernama Naomi.

Tania selalu menduga bahwa itu adalah rumah istri Marcel, laki-laki itu juga sudah mengakui bahwa ia memiliki istri, tapi sampai saat ini, Tania belum pernah melihatnya. Yang ia lihat hanyalah ibu-ibu paruh baya yang menerima bouquet darinya.

Marcel sudah memiliki istri, Tania sudah memiliki pacar, dan mereka akan berciuman selama lima belas menit di dalam apartemen?? bukankah itu gila??

Padahal, Marcel sampai meminta Tania mengirim bunga, makanan, dan lain sebagainya pada istrinya yang bernama Naomi. Tania pikir perempuan itu benar-benar berharga untuk Marcel, tapi ternyata ia tetap saja selingkuh. Laki-laki memang sulit dipercaya, kecuali Fernando tentunya, batin Tania.

"Mbak Tania."

Tania mengerjap. Ia melihat atasannya yang sudah berdiri di dekat meja kerjanya.

"Iya pak?" ucap Tania segera berdiri, baru menyadari atasannya sudah berada disana.

"Rekap dan input semua berkas tahanan yang bernama Marcel, minggu depan dia harus hadir sidang putusan."

Tania menelan ludahnya. Ia menerima berkas yang diberikan atasannya.

"Baik pak," jawab Tania.

Atasan itu kini berjalan pergi meninggalkan ruang jaga, sementara Tania kembali duduk dan melihat berkas yang ia pegang.

Tania menghela nafasnya pelan. Iapun melakukan pekerjaannya, dan memeriksa identitas Marcel di berkas itu.

Tania mulai bekerja sambil berpikir. Marcel akan menjalani sidang atas tuntutan yang paling baru ia dapatkan, yaitu pelecehan dan pemerk*saan.

Tania merinding. Meskipun belum dipastikan Marcel bersalah, tetap saja menyeramkan jika ada perempuan yang mengaku sebagai korbannya. Setiap orang harus berdiri bersama korban bukan?

Kini Tania jadi semakin tidak yakin untuk menerima tawaran Marcel untuk pergi ke apartemen. Bagaimana jika ini semua hanya jebakan? bagaimana jika Tania adalah korban selanjutnya??

"Eh?"

Ketika hendak memasukkan data milik Marcel, Tania mengernyit. Ia membaca ulang silsilah keluarga inti Marcel.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now