Chapter 17. Good Bye, Marcel

13.1K 1.1K 36
                                    

Tania berjalan menuju parkiran motor apartemen. Gadis itu berjalan pelan, sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi padanya.

"Cewek ini budak gua di penjara, ngapain gua naksir dia?"

Tania menelan ludahnya. Sesungguhnya, apa yang baru saja terjadi? kenapa Marcel berkata seperti itu? apa ia mempermainkan Tania selama ini?

Tania menyentuh pantatnya sendiri. Ada sedikit rasa nyeri, sebab tadi, ia didorong sebanyak dua kali oleh mantan kekasih Marcel hingga dirinya terjatuh ke lantai.

Namun sesungguhnya, dibanding memikirkan perempuan kasar itu, Tania lebih memikirkan Marcel.

Tania sudah pernah memastikan apakah Marcel masih menyukainya atau tidak, dan laki-laki itu menjawab masih, lalu kenapa tadi ia diam saja? mana ada laki-laki yang membiarkan perempuan yang disukai diperlakukan seperti itu?

Tania menelan ludahnya. Ia seperti menyadari bahwa tak seharusnya dirinya terlalu dalam memikirkan semua ini. Mungkin Marcel memang hanya mempermainkannya, dan Tania seharusnya bersyukur akan hal itu.

Akhirya Taniapun berjalan menaiki motornya. Ia sudah menyimpan kembali kartu ATM Marcel yang niatnya ingin ia kembalikan, namun sial, ia masih harus menyimpannya sekarang.

***

Tania akhrinya sampai di rumahnya. Ketika hendak memarkirkan motornya, ia menyadari ada motor yang tak asing parkir di depan rumahnya.

Tania segera turun dari motornya dan berjalan masuk.

"Kak Nando??" ucap Tania tersentak, melihat kekasihnya yang sedang berada di runag tamu, mengobrol dengan ibunya.

"Hai," ucap Fernando tersenyum padanya.

"Kok.. kak Nando ada disini?" tanya Tania, menyadari saat ini sudah hampir pukul sepuluh malam.

"Sini duduk dulu Tan," ucap Rani ibu Tania.

Taniapun duduk di samping ibunya. Ia menatap laki-laki di depannya dengan penuh tanya.

"Jadi gini, aku dikabarin mendadak dari kantor kalo besok ada kerjaan ke luar kota beberapa hari, nah sebelum berangkat aku pengen ketemu kamu dulu, jadi aku izin ke ibu mau ngajak kamu ke angkringan," lanjut Fernando.

Tania mengangguk-angguk paham. "Gitu.." ucapnya. Ia kini melihat ke arah ibunya. "Boleh bu?"

"Boleh dong," jawab Rani tersenyum. "Tapi jangan lama-lama ya, soalnya udah malem."

"Iya tante, sebentar aja," jawab Fernando.

***

Motor Fernando sudah sampai di tujuan, yaitu sebuah angkringan yang didatangi cukup banyak orang.

"Ayo," ajak Fernando, memberikan tangannya setelah keduanya turun dari motor.

Tania tersenyum dan menerimanya. Ia menggenggam tangan Fernando sambil berjalan menuju angkringan.

Tania sedari tadi tak kuasa tersenyum. Ketika kegundahan sedang ia rasakan, laki-laki ini datang dan membuat malam yang ia pikir akan menyedihkan, jadi terasa menyenangkan.

Kini keduanya duduk bersampingan. Di hadapan mereka sudah tersedia berbagai jenis makanan khas angkringan.

"Ayo, makan sepuasnya, aku yang bayar," ucap Fernando.

"Kak Nando kan emang selalu bayarin aku makan," ucap Tania merasa tak enak.

"Iya dong, kamu kan calon istri aku," ucap Fernando, menggenggam tangan Tania yang mengenakan cincin darinya.

I'm in Love with a VillainDonde viven las historias. Descúbrelo ahora