Chapter 22. Putus

11.1K 1.1K 131
                                    

"Tadi aku liat kak Nando sama perempuan lain, mereka pegangan tangan.."

Tania segera mengusap airmatanya yang berjatuhan. Namun tubuhnya masih gemetaran karena tangisannya yang belum berhenti.

Sementara Marcel masih terdiam didepannya, memperhatikan. Marcel sudah menduganya. Ia sudah menduga bahwa ada hal buruk yang terjadi pada Tania dan hubungannya dengan Fernando.

Tapi Marcel tak menyangka sampai separah ini. Bukankah mereka sudah berencana menikah?

Kini Marcel menghela nafasnya pelan. Ia melihat gadis itu yang untuk pertama kalinya, menangis sesenggukan di depannya, tak menutupi apapun.

Marcel tersenyum. Ia maju satu langkah, dan menarik tubuh kecil Tania mendekat ke arahnya.

Tania tak menolak. Ia membiarkan Marcel memeluknya. Tania yang memang sedang membutuhkan pelukan ini, bahkan membalasnya dengan erat. Ia meluapkan tangisannya di pelukan Marcel.

Tania pikir, Marcel akan menertawakannya, atau menganggapnya bodoh karena ternyata selama ini, Fernando yang Tania banggakan bukanlah orang yang ia bayangkan.

Tapi ternyata tidak. Marcel memeluknya dengan erat. Tangannya mengelus kepala Tania, seolah berusaha menenangkan.

Tania tak kuasa, ia tak menyangka Marcel akan jadi sandaran baginya sekarang. Ia menyangka dirinya akan senyaman ini menangis di pelukan laki-laki yang selama ini hanya membuatnya kesusahan.

***

Setelah cukup lama, tangisan Tania akhirnya berhenti. Saat ini Tania sudah duduk di tepi kasur, menenangkan diri.

Sementara di luar, hujan masih terdengar, tidak sekencang tadi, hanya gerimis.

Tania menunggu Marcel. Laki-laki itu mengatakan hendak membelikannya minuman.

Tak lama, Marcel masuk dan menyodorkan Tania sebotol minuman.

Tania menerimanya dengan ragu. "Biasanya aku yang beliin kamu minum," ucapnya.

"Hm, khusus hari ini lo yang jadi tuannya," ucap Marcel.

Tania tak kuasa tersenyum. Meskipun kedua matanya sembab dan perih, tapi ia tetap geli mendengarnya.

"Bener ya? berati aku boleh minta apa aja?" tanya Tania pada Marcel yang kini duduk di sampingnya.

"Hm," jawab Marcel.

Tania tersenyum. Ia kini memikirkan apa yang sedang ia inginkan. Sementara Marcel di sampingnya menatap.

Marcel melihat Tania yang wajahnya pucat, serta matanya yang sembab. Gadis ini masih bisa tersenyum meskipun kondisinya seperti ini.

"Ah, aku minta kamu buat diem-diem aja di lapas dan jangan kelayapan terus, gimana?"

Tania tersenyum meledek pada Marcel.

"Ck, cewek bangs*t."

Tania tercengang. "AAA KASAR!!" bentak Tania, ia mulai memukuli Marcel dengan botol minuman di tangannya.

"Lo si mulai duluan," ucap Marcel, tak berpindah meskipun Tania mendorongnya.

Kini Tania berdecak kesal. Ia bertolak pinggang dan menatap Marcel. "Kan hari ini aku yang jadi tuan, jadi kamu harus sopan ke aku," ucap Tania.

"Hm, lo mau gua panggil apa? tuan puteri? baginda?"

Tania berusaha menahan tawanya. "Baginda boleh," ucapnya.

"Oke, baginda bangs*t."

"AAA!!! bukan gitu maksudnya!!" Tania berteriak histeris. Ia kembali memukuli Marcel.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now