Chapter 55. Unfair Punishment

6.2K 583 25
                                    

Saat ini, Tania sudah berada di perjalanan pulang, menuju ke rumah dimana ia tinggal. Berbeda dari biasanya, Tania pulang tidak sendirian, melainkan naik motor bersama kekasihnya, Marcel.

Sepanjang perjalanan, Tania mengeratkan pegangannya di perut Marcel. Ia bersandar di punggung Marcel dan menikmati suasana sejuk dan jalanan yang begitu lancar.

Kalau sudah seperti ini, rasanya Tania tidak mau berpisah. Rasanya ia ingin terus-terusan berada sedekat ini dengan Marcel.

Namun rasa nyaman itu tetap harus disudahi, setelah Tania menyadari motor yang mereka naiki sudah memasuki area pemukiman dimana Tania tinggal bersama orangtuanya.

Tania langsung melepaskan pelukan erat itu, sebab ia takut ada tetangga yang melihat mereka dan memberitahu orangtuanya.

Marcel yang juga memahami situasi mereka berdua, kini berhenti beberapa meter sebelum motor Tania berada di dekat rumah. Keduanyapun turun, sebab Tania lah yang kini akan membawa motor itu hingga ke rumah.

Sesaat, Marcel dapat melihat murung di wajah Tania, sebelum gadis itu naik lagi ke atas motornya.

"Kenapa?" tanya Marcel, membuat Tania menatapnya.

"Aku sedih," jawab Tania jujur. "Aku pengen banget bisa bebas dianterin pacar sampe rumah, kaya orang-orang," tuturnya.

Marcel sesaat terdiam. Ia memperhatikan Tania yang berusaha menyembunyikan wajah murungnya.

Marcelpun tersenyum dan mendekat, hal tersebut membuat Tania panik.

"J-jangan, takut ada yang liat," ucap Tania, mengingat Marcel sudah beberapa kali menciumnya ketika Tania berada di area sekitaran rumah.

Marcel memang hendak melakukan hal tersebut, namun kini ia urungkan. Marcel mendaratkan tangannya di atas kepala Tania, dan mengusap rambut gadis itu.

Taniapun terdiam dan mendongak, menatap Marcel di hadapannya, mengusap kepalanya dengan lembut.

"Aku yakin suatu saat nanti, aku bisa anter kamu pulang ke rumah, atau mungkin kita bakal pulang ke rumah kita bareng-bareng."

Kedua mata Tania membulat. Gadis itu terdiam membeku di tempatnya, tersentak karena ucapan Marcel barusan.

Tanpa bisa ditahan, Tania merasakan kedua pipinya yang memerah dan terasa panas. Binaran di kedua matanya terlihat. Ia ingin menutupi rasa senang dan tersipunya, namun sepertinya tidak perlu.

Marcel adalah laki-laki yang sudah menceritakan tentang masa lalu yang kelam pada Tania, ia bahkan memberitahu Tania tentang ketakutan terbesarnya.

Laki-laki ini percaya padanya, maka dari itu Tania tak berniat menutupi apapun lagi darinya, termasuk rasa senangnya.

"Yaudah, sana pulang," ucap Marcel yang sudah melepaskan tangannya dari kepala Tania.

Taniapun menurut dan menaiki motornya. Ia sesaat menatap Marcel sebelum melajukan motornya.

"Sampe ketemu besok," ucap Tania.

Marcel mengangguk. Akhirnya Taniapun melanjutkan perjalanan menuju rumah. Ia sesekali melihat ke arah spion dan menatap pantulan Marcel disana.

Tania kembali tersenyum. Ia tak bisa menutupi perasaan berbunga-bunga di dalam dirinya.

Ketika motor Tania sudah sampai dan ia parkirkan di depan rumah, Tania baru ingat akan satu hal. Gadis itu lupa menanyakan Marcel, soal 'berita buruk' yang sempat ia ucapkan ketika awal mereka bertemu tadi.

"Hah.." Tania menghela nafasnya kasar. Beginilah nasib memiliki kekasih yang bukan orang pada umumnya, Tania bahkan tak bisa menghubungi Marcel lewat ponsel karena Marcel yang memiliki akses sangat terbatas.

I'm in Love with a VillainWhere stories live. Discover now