210 - Raihan Menginap

274 95 13
                                    

.

.

"Ummi, aku boleh bobok sama Tante Rae?"

.

.

***

"Kamu kenapa, sayang?" tanya Arisa pada Yunan.

"Kenapa? Aku gak kenapa-kenapa," sahut Yunan yang baru saja wudu', bersiap salat witir tiga rakaat, dan membaca amalan sebelum tidur.

"Abis, mukamu jutek banget," imbuh Arisa, yang tentunya tidak percaya kalau tak ada apa-apa. Sebab sebelum makan malam, mood suaminya nampak normal-normal saja.

"Ummi, aku boleh bobok sama Tante Rae?" tanya Raihan yang berbaring di kasur.

"Rae?" kata Arisa.

"Tadi aku denger, Abi manggil Tante Raesha 'Rae'," ucap Raihan sambil menunjuk abinya.

"Oh," sahut Arisa sambil melirik suaminya yang sedang menggelar sajadah.

"Tante Raesha sibuk sama calon suaminya. Sibuk! Jangan diganggu," ujar Yunan dengan nada sinis.

Arisa terdiam heran melihat tingkah suaminya. Kok kedengarannya bicaranya pakai emosi jiwa. Itu bukan kebiasaan suaminya.

Raihan turun dari ranjang dan memeluk kaki umminya. "Ummi, ayo kita main ke kamar Tante Rae," rengeknya.

Arisa menghela napas. "Iya iya. Ayo bareng Ummi ke kamarnya Tante cantik. Tapi nanti Ummi tanya dulu, Tante cantik sibuk gak. Ya?"

"Ngapain kamu ke kamar Raesha malam-malam begini?" tanya Yunan dengan mata menyipit.

"Gak apa-apa. Cuma mau main aja ke kamarnya. Raesha 'kan adikku juga. Masa' aku gak boleh ke kamar adikku?" tanya Arisa dengan nada protes.

Yunan menghela napas. "Ya udah sana," ucapnya pasrah.

Arisa mengenakan gamis, khimar dan cadarnya, sebelum keluar kamar bersama Raihan.

Yunan mengusap celah tulang hidungnya. Mendesah kesal. Menggelengkan kepala. Kenapa? Kenapa dia masih juga seperti ini? Begitu bertemu Raesha secara langsung, dunianya rasanya seperti terbalik. Raesha masih memberi pengaruh besar dalam hidupnya. Sangat besar.

.

.

"Assalamu'alaikum."

Raesha yang sedang mengulang hapalan qur'an, terkejut mendengar suara Kak Arisa di luar pintu kamarnya. Gadis itu cepat-cepat berdiri.

"Wa'alaikumussalam," sahut Raesha sambil berjalan hati-hati, sambil mengangkat ujung mukena terusannya. Dia masih mengenakan mukena setelah salat Isya dan membaca amalan.

Pintu terbuka. Arisa membuka cadar. Dia tercenung melihat Raesha mengenakan mukena pemberian suaminya, empat tahun lalu.

"Maaf mengganggu, Raesha. Raihan katanya mau main ke kamarmu. Apa kamu lagi sibuk?" tanya Arisa tersenyum ramah.

"Oh? Boleh, Kak. Masuk aja. Ayo, Raihan. Masuk, sini," kata Raesha tersenyum sambil membuka lebar pintu kamarnya. Keduanya masuk ke kamar Raesha.

Raihan memeluk kaki Raesha. Arisa tertawa melihatnya.

"Raihan gak pernah kayak gini ke orang lain. Biasanya, Raihan anak yang agak ... flat. Ya kayak Abinya, lah," canda Arisa tertawa.

Raesha ikut tertawa, meski agak tegang. Jantungnya berdebar, mengingat-ingat, apakah ada benda-benda di kamarnya yang memperlihatkan kedekatan antara dirinya dengan Kak Yunan dulu? Sepertinya tidak, karena foto-foto itu sudah disembunyikannya di dalam laci.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang