393 - Pengorbanan

200 56 14
                                    

.

.

Karena pada dasarnya, kalau sudah cinta, pengorbanan tidak akan terasa seperti pengorbanan.

.

.

***

"Kak Yunan gak jadi ke Jakarta?" tanya Raesha sore itu menjelang Maghrib.

"Iya. Nih baca aja chat-nya," kata Erika menyodorkan ponselnya pada Raesha.

Alis Raesha bertaut, membaca titah Kak Yunan.

Bilang padanya untuk menjauhi Malik.

Dih. Emang yang deketin Malik siapa? batin Raesha sambil melengos.

Raesha terdiam membaca ulang chat dari Yunan. Perasaannya campur aduk. Lega karena Yunan batal ngamuk ke Malik, tapi juga sedih karena Yunan tidak jadi menemuinya. Kalau Yunan menemui Malik, Yunan pasti menemui dirinya juga, 'kan?

"Kenapa? Kecewa ya, Kak Yunan gak jadi ke sini?" celetuk Erika sambil menaik turunkan alis.

"E-Enggak! Biasa aja!" sangkal Raesha dengan muka merah padam. Erika tertawa.

"Eh? Apa ini? Ibu chat apa sama Kak Arisa?" gumam Raesha saat melihat chat Erika dengan Arisa, di atas chat Kak Yunan.

"Oh itu. Ibu forward chat dari Yunan, nanya soal Yunan yang katanya mau ke Jakarta," jawab Erika enteng.

Raesha melotot saat melihat chat mana yang dimaksud Erika.

"Ibuuu!! Kenapa chat Kak Yunan yang ini dikirim ke Kak Arisa???" jerit Raesha syok. Ibunya benar-benar --

"Emang kenapa?" Erika bertanya balik, masih sambil mengunyah keripik.

Raesha mentup mukanya. Malu tak terperi pada Arisa. "Ya Allah, Bu. Kenapa gak tanya sama aku aja??"

"Kamu lagi tidur. Jadi Ibu tanya sama Arisa."

"Aduh! Ibu lain kali kalo mau chat Kak Arisa, tanya aku dulu, deh. Duh pusing kepalaku," ucap Raesha yang mendadak cenat-cenut kepalanya.

"Yunan mau dibalas apa nih? Kenapa sih Yunan gak chat kamu langsung aja? Orang udah ambyar juga. Bolak-balik dia telepon kamu 'kan? Marah-marah," kata Erika saat menerima kembali ponselnya dari tangan Raesha.

"Bilang aja, ... apa ya?" Raesha terdiam, lalu pipinya merona. "Gak usah dibalas, Bu. Biarin aja," putus Raesha.

Aku gak ada perasaan apa-apa sama Malik, Kak. Jelas beda sama perasaanku ke Kakak.

Hiih. Ya kali aku ngomong begitu!

Erika terkejut melihat Raesha menoyor kepalanya sendiri.

"Dah gila, ya? Toyor kepala sendiri?" tanya Erika tanpa saringan.

"Aku emang udah gila, Bu," sahut Raesha sambil menguncir rambutnya model ekor kuda.

Orang gila yang jatuh cinta pada kakak angkatnya sendiri sejak kecil. Lalu ditinggal kawin, mewek-mewek, lalu belasan tahun berlalu dan masih belum kapok. Masih cinta pada orang yang sama. Padahal yang bersangkutan sudah punya istri dan dua anak. Dan dirinya sendiri sedang hamil anak ketiga dari almarhum suami.

Gila. Aku memang sudah gila.

"Jangan sampai jama'ahmu ngeliat kamu sengklek begini," komentar Erika sambil mengunyah keripik singkong.

"Ya. Jangan sampai mereka tahu," sahut Raesha berlalu ke kamarnya, hendak wudu' dan zikir petang.

Pintu kamar Raesha tertutup. Erika geleng-geleng kepala. Selama hidupnya, Erika dikelilingi makhluk-makhluk ajaib. Yoga Pratama adalah yang paling ajaib. Dan jangan lupakan Dana. Haya cukup normal sebenarnya, tapi sebenarnya ajaib juga, sih. Adli gak perlu dibahas.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang