211 - Di Balik Pintu

273 94 16
                                    

.

.

"Hati-hati dengan yang ada di balik pintu."

.

.

***

"Mana Raihan?" tanya Yunan heran, saat melihat Arisa kembali ke kamar mereka sendirian.

"Raihan mau bobok sama Raesha katanya," jawab Arisa santai sambil melepas cadar, khimar dan gamisnya.

Yunan yang tadinya sedang berbaring di kasur, otomatis duduk.

"Kamu biarin Raihan tidur bareng Raesha?"

Arisa berbalik menatap suaminya, sambil membetulkan ikat rambutnya yang berantakan.

"Emangnya kenapa? Raihan 'kan masih kecil. Gak apa-apa kalau dia tidur sekamar sama Tantenya."

Ekspresi wajah Yunan berubah saat mendengarnya. "Bukan gitu. Maksudku, apa gak ganggu Raesha?"

"Aku 'kan tanya dulu sama Raesha. Raesha bilang gak masalah. Dia senang kalau Raihan nginep di kamarnya. Dia gemes sama Raihan, katanya. Mungkin, ngeliat Raihan, dia jadi pengin cepet-cepet punya anak sama Ilyasa."

Yunan membuang muka. Kalimat terakhir istrinya, melukai hatinya sekonyong-konyong. Bayangan akan Raesha punya anak dari Ilyasa, terlalu menyakitkan untuk terlintas dalam benaknya meski hanya sekian detik.

Arisa tersenyum manis. "Tumben nih, kita berduaan aja di kamar."

Yunan kembali berbaring. "Aku ngantuk. Mau tidur aja," ucapnya sambil menarik selimut.

Arisa manyun. Payah, batinnya. Yunan begitu kebiasaannya. Kalau ada yang merusak mood-nya, dia kehilangan hasrat untuk bermesraan.

Arisa berbaring di samping suaminya dan menarik selimut. Lampu terang dimatikan, berganti dengan lampu nakas yang temaram.

Sempat sunyi beberapa saat, sebelum Arisa bicara.

"Kamu dan Raesha, dulu dekat sekali, ya?"

Yunan yang tadinya memejam, tiba-tiba membelalak. Kenapa tiba-tiba istrinya bicara begitu?

"Aku gak sengaja lihat foto-foto lama kalian berdua. Raesha menyimpannya di dalam laci."

Raut muka Yunan menegang. Foto yang mana? Mereka berdua memang pernah foto bersama beberapa kali. Manalah dia ingat yang mana.

"Kalian terlihat akrab sekali, di foto-foto itu," lanjut Arisa datar tanpa muatan emosi.

Untuk beberapa saat, hanya ada keheningan yang canggung.

"Kami kakak-adik. Wajar kalau dekat," kata Yunan sambil memunggungi istrinya.

"Iya, ya," gumam Arisa, sebelum wanita itu memejamkan mata dan tidur.

Sementara Yunan susah tidur. Raesha menyembunyikan foto kenangan mereka di dalam laci? Tidak lagi diletakkan di mejanya. Artinya, Raesha tidak sudi memajang foto mereka di meja belajarnya. Tapi, foto-foto itu tidak dibuang, melainkan disimpan. Itu artinya, Raesha menyimpan kenangan akan kebersamaan mereka. Begitu kah?

Wajar sebenarnya kalau Raesha marah. Setelah Yunan memutuskan hubungan mereka secara sepihak, lalu pergi dari rumah terburu-buru karena insiden kesurupan itu, tiba-tiba saja Yunan menikah dengan Arisa, tanpa penjelasan apapun pada Raesha. Pernikahan itu sendiri, disembunyikan dari Raesha dan Raesha mengetahuinya secara tidak sengaja, dari siaran berita di televisi.

Melihat dahsyatnya amarah Ilyasa saat Yunan mengirimkan paket mukena untuk Raesha empat tahun lalu, sepertinya reaksi histeris Raesha pasca mengetahui Yunan sudah menikahi wanita lain, sangat parah. Dan salah satu buktinya adalah memar di pipi Ilyasa saat Raesha mengamuk tak terkendali.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang