365 - Jalan-jalan

218 68 7
                                    

.

.

"Jama'ah sama Kakak, yuk."

.

.

***

Semua terpana menatap pemandangan di depan mata. Danau luas berkerlipan terkena cahaya  lampu yang menyala di beberapa titik di tepi danau. Danau itu dikelilingi oleh bukit-bukit hijau. Pantulan permukaan air danau berwarna hijau, karena dasar danau ditumbuhi rerumputan air dan lumut di permukaan bebatuan. 

"Masya Allah," gumam Ismail yang pertama bereaksi. Namun ia tak bisa berlama-lama terpana, sebab adiknya sudah berlari menghampiri tepian danau, sambil berlari kegirangan.

"Ishaq!!" teriak Ismail sebelum turut berlari mengejar adiknya.

"Ishaq! Ismail!" jerit Raesha yang bersiap hendak mengejar kedua putranya. Khawatir kedua bocah itu nekat nyemplung ke danau.

"Biar aku kejar, Kak!" seru Haya. Mengikut di belakang Haya, ada Elaine. Melihat Elaine berjalan menuju tepi danau, Adli jadi terpanggil mengekori gadis itu. Raihan mengikut di belakang Adli.

Erika melengos melihat kelakuan putranya yang persis almarhum Yoga. "Kalian duduk aja di restoran duluan. Pesenin makanan, ya," kata Erika pada Yunan dan Raesha.

"A-Aku ... ," gumam Raesha dengan tampang galau. Baru saja terpikir untuk ikut dengan Erika saja, tapi Erika dengan tidak sensitifnya, ngeloyor pergi.

Tinggal lah Yunan dan Raesha di sana. Berdiri di dek kayu restoran tepi danau. Salah tingkah.

"Kamu sebaiknya duduk aja, Rae. Jangan terlalu banyak bergerak. Nanti kandunganmu kenapa-kenapa."

Jantung Raesha berdegup kencang, hanya karena mendengar Kak Yunan mengatakan itu dengan suara yang lembut. Wanita itu menggigit bibirnya sedikit, sambil mengangguk pelan. Kenapa dengan perhatian Kak Yunan yang meski terkesan sederhana, membuatnya merasa hatinya meleleh? Dia tak semestinya merasakan ini dengan seorang pria yang sudah menjadi milik wanita lain, terlebih wanita itu adalah Kak Arisa yang memiliki jasa besar dalam hidupnya. Seandainya Kak Arisa tidak menasehatinya waktu itu, saat Arisa menginap di rumahnya nyaris dua bulan lamanya, Raesha mungkin masih menyuburkan dendam di hatinya terhadap pembunuh Ilyasa. Allah telah menyadarkan Raesha dan memberinya taubat, melalui Kak Arisa. 

Kak Yunan masih bersikap baik padanya saat ini, pastilah karena Kak Arisa menepati janjinya untuk tidak menceritakan perihal racun arsenik yang dibeli Raesha, dengan niat untuk balas meracuni mantan ustaz, Sobri. Sekiranya Kak Yunan tahu bahwa Raesha nyaris menjadi pembunuh, meski ia belum benar-benar melakukannya, Kak Yunan mungkin akan merasa jijik padanya.

Raesha duduk di kursi restoran, di meja panjang yang telah dipesan oleh Yunan. Yunan duduk dengan hati-hati, tepat di seberang Raesha.

"Jangan takut. Ini di ruang terbuka. Ramai orang juga. Mereka tidak bisa mengganggu kita di sini," kata Yunan.

Raesha mengangguk. Tahu bahwa yang dimaksud Yunan adalah gangguan dari jin-jin itu. Yunan pasti telah memilih tempat ini dengan beragam pertimbangan, agar jika momen-momen seperti ini terjadi, makhluk-makhluk yang senang mengganggu itu tak akan muncul dan merusak liburan keluarga mereka.

"Kakak sering ke sini?" tanya Raesha.

"Belum pernah. Ini pertama kali," jawab Yunan.

Raesha melongo. "Kok --??" gumam Raesha dengan tampang heran. Kak Yunan mengajak keluarganya ke tempat liburan yang dirinya sendiri belum pernah mendatanginya?

Yunan tertawa geli, melihat ekspresi Raesha. "Kamu pikir Kakak sempat liburan? Mahzar yang kasih tahu Kakak tempat ini."

"Ooh," ucap Raesha sambil menoleh ke arah Mahzar yang duduk agak jauh dari mereka berdua.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang