269 - Brussels

244 67 10
                                    

.

.

"Menurut anda, dari mana datangnya ide sukarelawan, ide untuk membangun Rumah Sakit, ide untuk menolong orang lain, ide untuk memberi tanpa berharap menerima imbalan, ide untuk menyumbang dan bersedekah? Dari paham kapitalisme kah? Atau dari paham materialisme?

Itu semua datang dari kesadaran akan adanya Tuhan, terlepas apapun definisi Tuhan menurut masing-masing penganut kepercayaan."

~ Syeikh Hamza yusuf

.

.

***

Lantai auditorium itu berundak-undak, berlapis kayu cherry pada dinding dan permukaan meja. Penutup langit-langit berbentuk gelombang. Lampu-lampu downlight menerangi ruangan. Yunan dan beberapa orang penyelenggara, duduk di panggung. Mahzar turut di sana. Dia tidak mau jauh-jauh dari Yunan. Acara dibuka, dan seperti biasa orang-orang dipersilakan bertanya bergantian.

Seorang pria terpilih di antara beberapa yang mengacungkan tangan. Pria yang mengenakan syal merah itu, menyalakan mic yang terpasang di tiap meja, lalu bicara sambil menatap ke arah Yunan.

"Je m'appelle Marc," (nama saya Marc) ujar pria yang usianya kisaran awal tiga puluhan itu, memperkenalkan diri sebelum memaparkan pertanyaannya dalam bahasa Perancis.

"Selama ini, terus terang, konsep ketuhanan tunggal dalam agama Islam, menurut saya adalah konsep yang paling bisa saya terima secara logika. Tapi ada hal yang mengusik pikiran saya.

Saya terlahir di keluarga Kristiani yang tidak taat menjalankan ritual agama. Namun demikian, orang tua dan saudara-saudara saya, adalah orang-orang yang sangat baik dalam berinteraksi dengan sesamanya, dan bahkan dengan orang-orang yang berbeda agama dengan mereka. Mereka tidak pernah melanggar peraturan di masyarakat. Mereka juga santun dalam bicara dan berperilaku.

Sementara di lain pihak, orang-orang yang taat menjalankan agamanya, seringkali di pandangan saya, kurang baik dalam bersosialisasi dengan lingkungannya, tidak jarang yang bahkan kasar dengan keluarganya sendiri, lalu juga tak jarang yang melanggar norma-norma di masyarakat.

Sehingga kenyataan ini membuat saya terkadang ragu. Apakah benar ada kaitan antara taat beragama dengan menjadi manusia yang lebih baik? Ataukah jangan-jangan pendapat orang-orang ateis itu lebih benar, bahwa dunia akan lebih damai tanpa agama?

Tolong beri saya pencerahan, Syeikh. Terima kasih."

Yunan mengangguk dan berjalan ke mimbar yang lebih tinggi dari level panggung, menyalakan mikrofon dan menjawab.

"Merci pour votre question, Monsieur Marc." (Terima kasih atas pertanyaannya, Tuan Marc).

"J'ai beaucoup de questions similaires à la vôtre," (saya mendapatkan banyak pertanyaan yang semacam ini) kata Yunan tersenyum. Pria bernama Marc tersenyum miring.

"Baiklah. Sebelumnya, perlu kita pahami bersama, bahwa ketika anda menceritakan perilaku kurang baik yang dilakukan oleh orang-orang yang taat beragama, maka itu artinya anda mengacu pada pengalaman yang anda alami sendiri, baik itu dari orang-orang di sekeliling anda, atau dari media yang anda lihat, misalnya dari internet atau televisi. Benar begitu, Tuan Marc?" tanya Yunan.

Marc kembali menyalakan mikrofonnya dan bicara dengan bibir mendekat ke mikrofon, "Correct, Syeikh."

"Oke. Ketika kita berada dalam sekelompok masyarakat dengan jumlah tertentu, maka secara alamiah, akan ada sepersekian dari jumlah itu, yang cenderung menyalahi aturan atau norma umum yang ditetapkan oleh masyarakat itu sendiri. Misalnya dalam sebuah area, ada seribu warga. Jika persentase orang yang melakukan pelanggaran, adalah sekitar sepuluh persen, maka ada seratus orang di antara mereka, yang cenderung melakukan kerusakan atau kejahatan.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang