364 - Jalan-jalan

227 59 14
                                    

.

.

Aku jadi takut. Kalau aku banyak mengeluh, nanti Allah golongkan aku ke dalam golongan orang-orang yang kufur nikmat.

.

.

***

Jalanan berkelok-kelok, relatif menurun. Pemandangan perbukitan nan indah, terbentang di sekeliling mereka. Hijau nan teduhnya pepohonan, ditambah udara yang sejuk, adalah berkah yang Allah titipkan di bumi Sumatera Barat.

"Naik kereta api. Tuut tuut tuuut!!" Ishaq bernyanyi bersama Ismail, kakaknya. Awalnya hanya Ishaq, tapi dia lalu mengajak Ismail ikut bernyanyi, biar dia gak nyanyi sendirian.

 "Ini mobil. Bukan kereta api," sambar Adli yang duduk di bangku paling depan, sambil memakan camilan yang dibawanya banyak dari rumah. Tak lain dan tak bukan, adalah keripik singkong.

"Plis, Kak. Mereka cuma anak kecil. Gak perlu dikritik gitu 'kan, lirik lagunya. Biarin aja mereka nyanyi," ujar Haya yang gatal mendengar Adli segala mengkritisi lagu yang dinyanyikan Ishaq dan Ismail.

"Naik mobil sewaan. Brum brum bruum!!" Ismail menggubahkan lirik lagu baru, lalu diikuti adiknya.

"Nah. Direvisi lagunya. Cerdas banget cucu Eyang," puji Erika dengan senyum melengos, sambil melihat-lihat pemandangan.

Sekeluarga ajaib, sampai ke cucu-cucunya, batin Haya nampak pasrah. Elaine dan Raesha cekikikan.

"Be-te-we," kata Erika sambil melipat tangan. "Kamu beneran gak mau tanya Kak Yunan, kita mau jalan-jalan ke mana?" tanya Erika sambil melirik ke putranya yang sedang sibuk mengunyah.

Adli diam saja. Pria itu mengenakan kaca mata hitam, sambil menyantap keripik singkong. 

"Adli!" bentak Erika gemas.

"Oh? Ibu tanya aku?" tanya Adli santai.

"Tanya siapa lagi??" Erika tiba-tiba ada tepat di belakang kepala Adli. Suaranya terdengar nyaring di telinga Adli dan membuat Adli spontan bergeser menjauhi ibunya yang antik.

"A-Aku gak mau tanya Kak Yunan. Udah lah. Kita ikutin aja mobilnya Kak Yunan. Ya 'kan, Pak?" Adli bertanya pada sang supir di sampingnya.

"Iya, Tuan. Saya setuju," jawab sang supir yang kelihatan dari mukanya, akan setuju dengan apapun pendapat Adli.

Erika mendesah dengan wajah lelah. "Elaine, Abimu cerita gak, kita mau ke mana?" tanya Erika pada Elaine yang duduk di sampingnya.

"Ehm ... enggak, sih, Eyang," jawab Elaine.

"Coba kamu chat Abimu, Elaine. Tanya aja, kita mau diajak jalan-jalan ke mana," kata Erika berusaha mengomandoi Elaine, sebab gagal memerintah Adli.

Elaine menggigit bibir, lalu kepalanya tertunduk saat berkata, "tapi aku gak biasa nanyain keputusan Abi, Eyang. Biasanya, aku manut aja."  Kalau Kak Raihan sih, mungkin bakal bertanya pada Abi dengan entengnya, timpal Elaine dalam hati.

Adli spontan tertawa. "Nah. See?? Anaknya aja gitu!" komentar Adli terdengar puas.

Erika berdecak kesal. "Kalo gitu, kamu aja, Raesha!" titah Erika sekonyong-konyong.

"H-Hah?? Apa?? Aku disuruh apa??" tanya Raesha dengan wajah cemas.

"Chat Kak Yunan. Tanya, kita mau jalan ke mana?" jawab Erika tegas.

Di depan, Adli menatap ke jalanan dengan sorot mata malas. Ibunya ini, cari masalah saja. Kak Raesha malah disuruh chat Kak Yunan. Nanti kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bagaimana nasib hubungan keluarga Danadyaksa dan keluarga Lham?

ANXI EXTENDEDWhere stories live. Discover now