251 - Elaine Datang!

349 100 23
                                    

.

.

Sekarang begitu seorang bocah bernama Elaine mau datang, wangi Adli bagai habis berendam di air kembang tujuh rupa.

.

.

***

"Elaaaiiinneee!!!" sambut Erika sambil memeluk Elaine kecil yang mulai besar.

Muka Elaine merona malu. Ini khas penyambutan a la Eyang Putri Erika. Eyang Yoga masih di kantor di waktu petang ini.

Elaine lalu salim cium tangan pada Uyut Dana yang meski sudah beruban semua rambutnya, tetap terkesan bugar tubuhnya. Dana sumringah. Senang rasanya masih diberi umur untuk bertemu Yunan dan anaknya.

Yunan memeluk Dana. Selalu, mata Dana berair tiap dipeluk Yunan. Yunan meninggalkan kesan mendalam untuknya.

"Elaine," sapa Adli yang siang tadi sengaja cepat-cepat pulang tanpa nongkrong di kantin dengan teman-temannya. "Mau ke mana, Dli? Cepet banget pulangnya? Lagakmu kayak anak baik-baik aja!" ledek teman Adli tadi di kantin. "Mau ketemu gebetan!" sahut Adli dari jauh. Jawaban itu membuat mereka riuh berspekulasi. Siapa gerangan gebetan Adli? Biasanya yang terjadi adalah, Adli jadi gebetan para siswi. Ini kok tumben terbalik? Seandainya mereka tahu bahwa gebetan Adli adalah seorang anak bocah, Adli pasti bakal jadi bahan olok-olokan.

"Om Adli, assalamu'alaikum," balas Elaine seraya mengatupkan tangan di dada. Elaine nampak feminin dengan jilbab syar'i abu muda dan gamis hitam. Bros bunga mempermanis tampilannya.

"Wa'alaikum ssalam," sahut Adli bersedekap. Napasnya Senin-Kamis lantaran terlalu antusias sejak tadi pagi. Tadi begitu tiba di rumah, Adli langsung mencuci muka, dan sorenya dia mandi dengan sabun mandi beraroma musk campur apel dan jeruk, yang diharapkan Adli aromanya dapat mengesankan Elaine di hari pertama kedatangannya di rumah ini.

Haya cekikikan di belakang Adli. Tahu kalau kakaknya tegang setengah mati. Padahal biasanya playboy cap kapak itu boro-boro tegang sama perempuan. Pergi bareng pacarnya aja, Adli dulu suka malas mandi. Cuma semprot badan pakai body spray aja. Sekarang begitu seorang bocah bernama Elaine mau datang, wangi Adli bagai habis berendam di air kembang tujuh rupa.

"Elaaaiiinee!! Kangeen!!" Haya menghambur memeluk Elaine. Praktis membuat Adli iri setengah mati. Dia juga mau peluk Elaine seperti itu, tapi tentu saja itu murni hanya ada di kehaluan Adli saja.

"Assalamu'alaikum, Tante Haya. Gimana kabarnya, Tante? Sehat?" tanya Elaine dengan suara lembut.

Kelembutan Elaine membuat bulu kuduk Adli merinding disko. Tuh 'kan. Idaman banget, 'kan?? Okh! Adli rasanya ingin menutup muka, menahan kebahagiaan yang meluap-luap ini. Semoga Elaine betah di madrasah, supaya dia bisa lihat Elaine tiap hari selama bertahun-tahun ke depan. Itu adalah life goal Adli. Hidup berdekatan dengan si cantik lemah lembut Elaine.

"Alhamdulillah sehat. Ayo aku tunjukin kamarmu!" Haya menggandeng tangan Elaine dan menariknya masuk ke dalam rumah. Sempat Haya mengedipkan mata ke arah Adli, lalu memeletkan lidahnya. Adli mengangkat jari yang siap menjentik, ancaman agar Haya tidak nekat menggodanya di depan Elaine.

Saat kedua gadis itu sudah menjauh, Adli menatap iri keduanya yang saling bergenggaman erat.

Aku juga mau pegangan tangan kayak gitu sama Elaine.

Adli melengos setelahnya. Itu hanya akan jadi impian saja. Sebab jangankan pegangan tangan, bersalaman dengan dirinya pun, Elaine tidak mau.

Adli mencium tangan Yunan.

"Biar kubawain tasnya, Kak," kata Adli sopan, sebelum tas yang dibawa Yunan keburu dibawakan pelayan.

Sama calon mertua harus setor muka, batin Adli mengulum senyum, ingin tertawa cekikikan rasanya. Dia memang sinting. Belum juga Elaine jadi wanita dewasa, sudah ditarget calon mertuanya yang notabene kakak angkatnya sendiri. Jangan sampai niat bulus ini ketahuan Kak Yunan dan yang lain. Cukup Haya yang bawel dan Ayah Yoga yang tahu. Mereka mungkin akan memandangnya nista. Masa' gebetin keponakan sendiri? Memangnya gak ada perempuan lain?

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang