254 - Keterangan

245 83 6
                                    

.

.

"Apakah anda memiliki musuh?"

.

.

***

"Kya aapake dushman hain?"

Pertanyaan itu diajukan seorang petugas kepolisian New Delhi. Pria berkumis tebal dan berkulit gelap itu, menatap Yunan tajam.

Yunan menoleh ke arah seorang pemuda asal Indonesia, yang berprofesi sebagai penerjemah dari bahasa India ke Indonesia dan sebaliknya. Yunan tidak mengerti bahasa India. Dari semua kemungkinan kejadian, kasus terbesar yang menimpanya justru malah terjadi di negara India yang bahasanya tidak dia kuasai.

"Apakah anda memiliki musuh?" kata sang penerjemah.

"Sepengetahuan saya, tidak ada. Tapi kalau ternyata ada pihak-pihak yang membenci saya, itu di luar sepengetahuan saya. Maksud saya, kita tidak bisa berharap semua orang menyukai kita, bukan?" jawab Yunan apa adanya.

Penerjemah laki-laki yang masih berusia kepala dua itu, kemudian menyampaikan jawaban Yunan pada pak polisi, dalam bahasa India.

"Adakah dakwah anda yang mengandung ujaran kebencian terhadap agama lain?"

Pertanyaan berikutnya dari sang polisi, diteruskan oleh si lelaki penerjemah.

Yunan mendesah lelah. "Tidak ada. Kalau tidak percaya, anda bisa cek rekaman dakwah saya. Ada di website saya," jawab Yunan sebelum kemudian menyebut nama website-nya.

Sang polisi berkumis lebat itu, masih memberi tatapan tak percaya ke arah Yunan.

"Bagaimana anda bisa menghindar dari tembakan itu?"

Yunan terdiam sesaat, sebelum merespon pertanyaan itu.
"Setelah keluar dari ruang pertemuan, saya merasa ada yang membuntuti saya. Maka saya meminta Mahzar, teman seperjalanan saya, untuk mengambil jalan memutar alih-alih langsung menuju lift, untuk memastikan apakah orang itu benar membuntuti saya atau tidak. Ternyata dia ikut berbelok ke koridor yang saya pilih."

"Apa anda melihat waktu pelaku menarik pelatuk pistolnya?" tanya polisi itu lagi.

Hening sesaat. Yunan melipat tangan, nampak berhati-hati dengan jawabannya.
"Tidak," jawab Yunan singkat.

"Lalu bagaimana anda bisa menghindari peluru yang ditembakkan ke arah anda? Malah, dari pernyataan saksi mata, anda sempat mendorong pengawal anda yang bernama Mahzar, agar terhindar dari tembakan itu."

Segaris senyum menghiasi ujung bibir Yunan.
"Keberuntungan, saya rasa. Tuhan memang menginginkan kami lolos dari percobaan pembunuhan itu."

Meski nampak tidak puas dengan jawaban itu, sang penanya diam saja dengan wajah sangarnya.

"Excuse me."

Suara itu membuat semua orang menoleh ke arah pintu ruangan. Ternyata Mahzar yang muncul.

Mahzar dipersilakan duduk oleh polisi itu. Mereka diwawancara terpisah.

"Sementara ini, pernyataan anda sudah cukup, Mr. Yunan Lham. Anda dan pengawal anda, belum kami izinkan kembali ke Indonesia. Sewaktu-waktu, kami mungkin akan memanggil kalian lagi. Kalian bisa pulang ke Indonesia, setelah ada izin resmi dari kami," kata polisi itu seraya berdiri dan menjabat tangan Yunan.

Yunan sempat memberi isyarat pada Mahzar dengan jari telunjuknya, sebelum keluar ruangan.

Aku tunggu di luar. Isyarat itu ditangkap Mahzar dengan jelas. Mahzar mengangguk paham.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang