234 - On Site

322 98 11
                                    

.

.

"Aku mau lihat rumah kita."

.

.

***

Tiga bulan kemudian ...

"Raesha, Oppa-mu udah jemput tuh!"

Raesha yang sedang duduk santai di kantin, bangkit dari duduknya. Menghampiri mahasiswi tadi yang memberitahunya dan mengucap terima kasih.

"Cieee yang dijemput Oppa pakai mobil baruu," ledek teman seangkatan Raesha.

Raesha tertunduk malu. Di depan gerbang kampus, Ilyasa tersenyum padanya saat menurunkan kaca mobil depan. Ilyasa masih mengenakan baju koko putih dengan motif garis vertikal abu sebagai aksen. Pria blasteran Korea itu rambutnya makin gondrong saja, tanpa tertutup peci.  Ilyasa baru saja selesai syuting kajian di studio televisi.

"Itu siapa? Ya Allah ya Rabbi. Ganteng kok keliwatan gitu?" bisik salah satu mahasiswi baru dengan temannya di luar gerbang.

"Itu, lho. Oppa Ilyasa. Ustaz yang baru lulus dari Kairo tahun lalu. Masa' gak tahu? Istrinya 'kan kuliah di sini. Kak Raesha yang cantik itu loh. Setahun lagi lulus dia kayaknya."

"Oh ya?? Waduh kita bisa cuci mata tiap hari, dong," candaan itu disertai tawa oleh yang berkomentar.

"Gak tiap hari dijemput, sih. Ini hari spesial, kali."

Raesha memasuki mobil kia picanto berwarna perak, duduk di samping suaminya. Mobil itu akhirnya dibeli Ilyasa, setelah selama ini dia ke mana-mana di Jakarta memakai jasa taksi online. Terkadang dia diantar jemput transportasi studio TV, tapi begitu merasakan mondar-mandir mengecek proyek madrasah, lama kelamaan Ilyasa merasa mobil menjadi kebutuhan untuknya dan Raesha. Berhubung Ilyasa mengeluarkan nyaris seluruh tabungannya untuk membangun madrasah, maka dia sangat cermat dalam memilih merek mobil yang relatif murah tapi kualitasnya cukup bagus. Dia bukan lelaki kaya raya seperti Ayah Yoga, maka dia harus berhati-hati dengan pengeluarannya.

"Assalamu'alaikum," Raesha mencium tangan suaminya.

"Wa'alaikumussalam," sahut Ilyasa tersenyum lembut pada istrinya. Masyaallah. Dulu waktu Raesha masih jadi perempuan jadi-jadian, Ilyasa sulit membayangkan kalau Raesha akan jadi wanita muslimah seperti sekarang.

Mobil mereka melaju di jalanan siang ibukota.

"Gimana kuliahnya hari ini, istriku sayang?" tanya Ilyasa dengan senyum yang menawan.

"Baik-baik aja," jawab Raesha membalas senyum suaminya.

"Ada yang gangguin kamu gak?" tanya Ilyasa lagi dengan lirikan menggoda.

"Ada," jawab Raesha tersenyum usil.

"HAH?? SIAPA??" jerit Ilyasa, sesekali menatap ke istrinya, lalu kembali lurus ke depan. Menyetir dengan tidak fokus.

"Namanya Ilyasa Ahn," jawab Raesha sebelum cekikikan.

Ilyasa menghela napas lega. "Kamu ini. Kirain beneran ada yang gangguin kamu."

"Emang kalo ada, mau diapain orangnya, Oppa?" tanya Raesha manja.

"Mau aku ceramahin semalaman suntuk," jawab Ilyasa. Raesha tertawa.

"Kita mau ke site proyek?" tanya Raesha.

"Iya. Rumah kita sudah mau selesai, kata pengawas lapangan."

"Oh ya?? Alhamdulillah," kata Raesha mengelus dada.

"Kamu yakin mau buru-buru pindah? Gak nunggu bangunan madrasah selesai dibangun aja?" tanya Ilyasa.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang