242 - Kunjungan ke Tempat Suluk

282 93 27
                                    

.

.

"Katanya ini bukan jalan-jalan biasa, tapi perjalanan spiritual buat ngedo'ain Kak Adli, sekalian mau ruqyah Kak Adli, biar jin-jin nakal di badan Kak Adli, pada kabur."

.

.

***

Pintu kamar Adli diketuk. "Kakak, ini aku," kata Haya.

"Masuk, bocil," sahut Adli yang sedang tidur-tiduran.

Pintu terbuka. Gadis berusia sepuluh tahun itu, mengintip Kakaknya. Gadis berambut ikal itu, masuk ke kamar Adli sambil cekikikan.

"Ngapain? Mau ngetawain Kakak?" tanya Adli sinis.

"Kak Adli beneran mimpin demo di sekolah?" tanya Haya saat duduk di ranjang kakaknya.

"Bener. Kenapa emang?" Dagu Adli terangkat sedikit.

"Hi hi. Kak Adli emang udah gila," Haya cekikikan lagi.

"Kalo cuma mau ngatain, pergi aja sana!" misuh Adli memunggungi adiknya.

"Bukan, Kak. Aku denger, Kakak sama Ayah mau pergi ke tempat suluk?"

"Iya. Males banget," keluh Adli.

"Aku nitip hadiah buat Elaine ya, Kak. Udah lama gak ketemu Elaine," rengek Haya. Terakhir dua tahun lalu, Elaine sekeluarga datang silaturahmi ke rumah mereka. Menginap tiga hari, sebelum mereka pindah menginap di rumah mertua Kak Yunan. Elaine masih berusia lima tahun saat itu.

"Ngapain nitip? Kasih aja sendiri," kata Adli dengan nada suara malas.

"Aku ngerengek sama Ayah, tapi tetep gak diizinin ikut. Katanya ini bukan jalan-jalan biasa, tapi perjalanan spiritual buat ngedo'ain Kak Adli, sekalian mau ruqyah Kak Adli, biar jin-jin nakal di badan Kak Adli, pada kabur," Haya terbahak setelah mengatakannya. Adli kesal luar biasa.

"Ah cerewet! Ya udah mana sini hadiahnya!" bentak Adli sambil menyodorkan tangan.

"Ini, Kak. Aku mau kasih boneka barbie ini buat Elaine. Titip, yah. Kasihnya yang lembut sama Elaine ya, Kak. Jangan galak-galak kayak ke aku," kata Haya menyerahkan boneka barbie berambut pirang yang mengenakan dress panjang berkilau.

"Emangnya aku pernah judes sama keponakanku sendiri? Kalo ke kamu sih, bodo amat," komentar Adli ketus.

"Hi hi. Titip ya Kak! Semoga Elaine suka. Terus, semoga sukses ruqyahnya, biar Kakak cepet taubat!" Haya berlari keluar kamar, saat melihat Adli bersiap menimpuknya dengan bantal.

Adli melihat kotak transparan berisi boneka barbie di tangannya. Dasar sesama bocil, batinnya. Kayak dia gak pernah jadi bocil aja.

.

.

Kaki Adli saling bertumpu, tangan terlipat dan pandangannya menatap keluar kaca mobil. Kacamata hitam memfilter netranya. Dengan kaus putih, jaket dan celana jins belel, membuatnya nampak seperti turis lokal.

"Ingat baik-baik, Adli. Nanti di tempat suluk, jaga adabmu. Ucapkan salam, cium tangan sama Kak Yunan, sama Ustaz Zhafran. Kalau sama istri Kak Yunan dan istri Ustaz Zhafran, jangan cium tangan, tapi sedekap. Kalau sama Elaine dan anaknya Ustaz Zhafran, boleh salaman kalau mereka mau. Paham?" wejangan dari Yoga dimulai. Yoga nampak semi formal dengan kemeja hitam berlengan setengah, dan celana panjang abu. Kacamata hitam bertengger membingkai matanya.

"Ya," sahut Adli malas-malasan.

Yoga melengos. "Ayah dengar dari supir yang mengantar jemputmu ke sekolah, katanya kamu suka ngajak jalan anak perempuan di sekolahmu?"

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang