270 - Brussels

214 71 7
                                    

.

.

"Itu yang diajarkan guru saya, jika ada orang ingin merebut urusan dunia dari diri saya : Lemparkan ke mukanya."

.

.

***

Yunan dan para peserta diskusi, masih menyoroti seorang pria bernama Ahmed. Pernyataan Ahmad yang ditujukan pada Yunan, terasa janggal.

"Saya lihat, anda memakai pendekatan sufistik dalam dakwah. Metode yang anda gunakan, mungkin bisa berhasil untuk mengajak orang masuk Islam, tapi tidak akan berhasil untuk meraih tujuan utama umat muslim."

Yunan sendiri, baru kali ini mendengar komentar semacam itu.

"Oh vraiment? Alors, selon vous, quel est le but principal du musulman?" (oh benarkah? Lalu menurut anda, apa tujuan utama seorang muslim?) respon Yunan setelah lama termangu dengan pernyataan Ahmed.

"Jelas sekali. Tujuan umat muslim adalah untuk membentuk negara Islam, seperti masa khilafah dahulu, saat Islam berjaya. Kalau anda tidak punya impian itu, artinya anda tidak punya ghirah dalam beragama, Syeikh Yunan Lham," jawab Ahmed dengan senyum meledek.

Orang-orang riuh saling mengobrol sesamanya, sambil memicingkan mata ke arah Ahmed. Jelas sekali, pria bernama Ahmed ini tidak hadir di diskusi ini dengan maksud ingin mengenal Islam lebih dekat. Alih-alih ingin mengenal, dia seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih paham agama ketimbang Yunan sebagai ulama yang diundang.

"Monsieur Ahmed, faites attention à vos paroles. Si nous considérons que vous offensez Syeikh Yunan, nous vous bannirons de cet événement!" (Tuan Ahmed, tolong hati-hati dengan perkataan anda. Jika kami menilai anda menyinggung Syeikh Yunan, kami akan mengeluarkan anda dari acara ini!) kata moderator dengan suara tegas.

Yunan memberi isyarat tangan pada moderator, tanda agar dia tidak terpancing emosi dengan perkataan Ahmed.

"Sepertinya anda tidak datang ke sini untuk bertanya, Tuan Ahmed. Melainkan untuk memberi pernyataan. Baik. Saya akan merespon pernyataan anda. Pertama, anda salah besar saat berkata bahwa tujuan utama umat muslim adalah untuk membentuk negara Islam."

Ahmed spontan berdiri dari kursinya. Hendak protes dengan mukanya yang merah lantaran darahnya naik ke kepala. Bagaimana bisa Yunan yang katanya seorang Syeikh, menyalahkan pernyataannya seolah membentuk negara Islam bukan hal yang penting? Ini adalah penistaan! batinnya.

"Tujuan hidup umat manusia dan jin, adalah untuk menyembah Allah," lanjut Yunan, membuat Ahmed terdiam kaku.

"Islam adalah sebuah tatanan atau perangkat. Aturan yang dibuat oleh Allah untuk kita, dalam menjalani kehidupan. Kenapa manusia memerlukannya? Karena manusia sangat lemah dan bodoh. Ada kecenderungan kita membuat kesalahan, jika kita menentukan aturan untuk diri kita sendiri. Maka Islam ada, untuk keharmonisan. Untuk mengajari kita bagaimana membangun hubungan yang baik dengan Allah dan dengan sesama manusia.

Tidak ada satupun dalil di dalam Qur'an maupun hadits, yang mengatakan bahwa muslim harus membangun negara Islam. Jika ada, coba sebutkan. Saya ingin dengar."

Yunan mengatakannya dengan tenang, tanpa terdengar menantang. Ahmed gelagapan.

"I-Itu otomatis saja! Jika anda memang seorang muslim, anda akan menginginkan seluruh muslim tergabung di bawah bendera Islam!" kilah Ahmed membela diri.

"Tuan Ahmed, sepertinya anda keliru dalam membedakan antara definisi negara di zaman ini, dan khilafah di masa Rasulullah beserta para sahabat."

Ahmed nampak terkejut. "Que veux-tu dire?" (Apa maksud anda?) tanya Ahmed.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang