322 - Dua Duka

275 88 22
                                    

.

.

"A-Aku tidak tahu kalau autopsi itu --"

.

.

***

"Selamat pagi, pemirsa. Pihak kepolisian telah memberikan pernyataan resmi terkait kasus pembunuhan terhadap Ustaz Ilyasa, ustaz kondang yang biasa dikenal dengan panggilan 'Oppa Ilyasa'. Berikut adalah pernyataan live dari kantor Polres jakarta Selatan."

Layar televisi berganti ke setting ruang konferensi pers Polres Jakarta Selatan.

"Autopsi dari Ustaz Ilyasa, yang bernama lengkap Ilyasa Ahn, telah dilakukan semalam. Pihak kepolisian akan segera mengkonfirmasi jika hasil autopsi telah keluar. Hasil autopsi, kami harap akan membantu kami menemukan pelakunya. Untuk saat ini, kami berusaha mengidentifikasi pelaku hanya berdasarkan rekaman CCTV yang ada dan bukti-bukti di lapangan.

Sangat disayangkan, dalam video CCTV itu, tidak banyak informasi yang bisa kami dapatkan. Sepertinya sang pelaku sudah mempelajari sebelumnya, di mana saja posisi CCTV di masjid tersebut dan sekitarnya. Sehingga kami tidak berhasil melacak plat kendaraan yang digunakan pelaku. Saat kejadian, pelaku juga menggunakan jaket, kaca mata hitam dan masker, sehingga wajahnya tidak terlihat.

Tapi kami masih optimis bisa mengidentifikasi dan menangkap pelakunya. Kami berharap masyarakat agar bersabar, selama kasus ini masih dalam tahap penyelidikan. Sekian konfirmasi dari pihak kepolisian, terkait kasus pembunuhan Ustaz Ilyasa atau Ilyasa Ahn. Terima kasih."

Pembawa berita masih membacakan isi beritanya. Lalu layar berganti dengan rekaman CCTV saat Ilyasa hendak diracun. Suara televisi terdengar dipelankan, di ruang kantin guru. Madrasah Ilyasa diliburkan setengah hari, hari ini. Karena semua orang akan melayat sesaat lagi.

Dua orang guru madrasah laki-laki, saling mengobrol di meja kantin.

"Siapa kiranya yang punya dendam sama Ustaz Ilyasa? Orang baik begitu, kok."

"Kalau di madrasah ini sih, saya rasa gak ada lah, yang musuhin Ustaz Ilyasa. Mungkin di luar, kali."

"Iya. Jangan-jangan ... salah satu kru acara dakwah. Atau mantan kru."

"Ih. Inget mantan, saya jadi inget mantan guru madrasah kita yang dulu dipecat sama Ustaz Ilyasa itu."

"Hus. Jangan su'udzon gitu, Ustaz."

"Iya, ya. Astaghfirullah."

"Pak Ustaz! Ayo! Bus udah mau berangkat!" seru seorang guru lainnya, dari arah pintu kantin.

Kedua pria itu segera menghabiskan kopi mereka, lalu tergopoh ke luar madrasah. Beberapa bus sudah terparkir di sana. Berisi anak-anak madrasah dan para guru.

.

.

Zhafran membentang kain kafan yang telah disiapkan Yoga sejak jauh hari. Yoga mengikuti jejak orang-orang sholihin. Menyiapkan kain kafan dan perlengkapan untuk pemandian jenazahnya, lengkap dengan amplop segala, untuk orang yang memandikannya. Masyaallah.

"Pak Yoga, anda sudah punya firasat atau bagaimana? Ini kain kafannya untuk dua orang."

Zhafran tersenyum pada Yoga. Senyumnya tak dibalas, tentu saja. Zhafran mendekat ke arah Yoga. Zhafran menyentuhkan tangan kanan di dada kirinya dan membungkuk sedikit.

"Saya Zhafran, mohon izin memandikan jasad anda, Pak Yoga Pratama bin Danadyaksa. Sebuah kehormatan untuk saya, bisa memandikan jasad orang yang disayangi Syeikh Abdullah."

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang