370 - Pamit

182 59 7
                                    

.

.

"Awas aja kalo ntar di jalan ribut kebelet pipis!"
.

.

***

Suasana hangat menyelimuti area makan terbuka di tepi kolam ikan tempat suluk. Mangkuk-mangkuk putih berisi menu lontong sayur, sebagian sudah tandas dimakan penghuni tetap tempat suluk dan keluarga Danadyaksa. Kedua orang tua Arisa, sudah pergi lebih dulu ke Jakarta, karena waktu penerbangan mereka lebih awal dari jadwal yang tertera pada tiket pesawat keluarga Danadyaksa.

Maryam membeli lontong sayur pagi-pagi sekali di warung terdekat. Maryam dan Arisa tak sanggup memasak untuk sarapan hari ini, mengingat kemarin sudah habis-habisan melayani tetamu acara pertunangan Raihan dan Rayya.

Zhafran mengecek petunjuk waktu di ponselnya.

"Afwan, tadi kamu bilang jadwal boarding jam berapa?" tanya Zhafran pada Adli yang duduk di seberangnya.

"Setengah sepuluh, Om," jawab Adli.

"Berarti sekarang sebaiknya kalian berangkat. Perlu sekitar dua jam dari sini ke bandara," kata Zhafran.

"Oh? Sudah setengah delapan? Masya Allah. Cepet banget!" seru Erika sambil buru-buru menghabiskan teh hangatnya.

"Pelan-pelan, Bu. Awas keselek," Raesha mengingatkan.

Haya menyeka bibirnya dengan tisu, lalu berdiri dari kursi. "Aku ke toilet dulu, deh," katanya.

"Hayo hayo. Yang mau ke hammam, sekarang saatnya," Yunan mengumumkan sambil tertawa.

"Aku juga, ah," Raesha berdiri, hendak menyusul Haya ke toilet.

"Kalian juga, deh. Pipis aja. Ntar kalo di jalan, susah cari kamar mandi!" kata Raesha pada kedua anaknya yang sudah selesai makan dan minum.

"Aku belum mau pipis," kata Ishaq menolak sambil menggelengkan kepala.

"Sekarang bilangnya gitu. Nanti di jalan lain lagi!" omel Raesha bertolak pinggang. Orang-orang tertawa melihatnya.

"Aku juga belum mau pipis," Ismail mengikut jejak adiknya.

Raesha melengos. "Awas aja kalo ntar di jalan ribut kebelet pipis!" Wanita itu berjalan menuju toilet.

"Rae! Ibu ikut!" Erika berlari menyusul putrinya.

"Gak usah lari, Bu. Ntar kepeleset!" teriak Yunan.

Raesha berhenti berjalan untuk menunggu Erika. "Ngapain pake lari segala, Bu?" Raesha cekikikan.

"Aku juga ikut!" Elaine berdiri dan berjalan cepat, takut diomeli Abi kalau dia berlarian seperti Eyang putrinya.

Yunan geleng-geleng kepala. Arisa terkikik di balik cadarnya. Zhafran tersenyum mesem. Keluarga angkatnya Syeikh Yunan memang --

Adli berdiri setelah mengelap bibirnya dengan anggun.

"Pak, gak ke toilet sekalian? Sebelum kita berangkat ke bandara," ajak Adli pada supirnya.

"Baik, Tuan," sahut sang supir patuh.

"Kalian yakin gak mau ke toilet dulu?" tanya Adli pada Ismail dan Ishaq.

"Yakin, Om!" sahut Ismail dan Ishaq bersamaan.

"Ya udah," kata Adli sambil berlalu dengan santai menuju toilet.

"Beneran nih, Duo I gak mau pipis dulu?" goda Raihan yang duduk di samping Ismail.

"Duo I?" tanya Rayya yang duduk di samping ibunya.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang