244 - Ziarah

333 96 29
                                    

.

.

Mereka adalah hamba-hamba Allah yang menyebarkan syi'ar Islam di bumi.

Mereka tidak menghabiskan banyak waktu untuk mencari bekal dunia, sebab waktu mereka habis untuk berdakwah di jalan Allah.

.

.

***

"Kita mau ke mana, Yah?" tanya Adli pagi itu selepas Yoga mengajaknya salat sunnah Dhuha. Salat sunnah yang sangat jarang dikerjakan Adli, lantaran biasanya di waktu Dhuha, Adli sedang berada di sekolah. Sebenarnya  di sekolah Adli, ada jam istirahat khusus untuk salat Dhuha, namun alih-alih salat Dhuha, Adli malah lebih memilih nongkrong di kantin dengan teman-temannya.

"Kita mau ziarah," jawab Yoga sembari memberi isyarat tangan agar Adli mengikuti langkahnya ke luar tempat suluk menuju masjid.

"Ziarah?" gumam Adli.

"Iya. Ziarah ke kuburan Syeikh Abdullah," jelas Yoga.

Adli terdiam. Dia tahu, Syeikh Abdullah adalah guru spiritual Ayahnya. Tiap Yoga menceritakan Syeikh Abdullah, mata Yoga akan berkaca-kaca, terkadang Yoga tak sanggup melanjutkan ceritanya, karena suaranya tercekat di tenggorokan. Syeikh Abdullah menduduki kedudukan yang sangat penting di hati Ayahnya.

Mereka kini sudah di luar masjid, lalu berbelok ke kiri yang jalannya menanjak, sebelum memasuki gerbang pekuburan di sisi kiri jalan.

Yoga menyapa penjaga kuburan dan memberikannya sesuatu secara sembunyi-sembunyi. Ada uang kertas yang telah disiapkan Yoga di dalam amplop putih yang dilipat, Adli melihatnya tadi saat Yoga bersiap di kamar.

Pria tua itu membungkuk sopan pada Yoga. Mengucap terima kasih dengan sorot mata keharuan.

Yoga dan Adli kembali berjalan melewati banyak kuburan yang mengapit mereka.

"Perhatikan baik-baik yang Ayah lakukan hari ini. Suatu saat, kalau Ayah sudah tidak ada, lanjutkan kebiasaan Ayah ini, sehingga amalan baik keluarga Danadyaksa akan tersambung terus dari generasi ke generasi. Kamu paham, Adli?"

Perkataan Yoga terasa dalam di relung hati Adli.

"Kenapa Ayah bilang begitu? 'Kalau Ayah tidak ada?' Ayah belum tua. Seperti akan mati saja," komentar Adli seolah protes dengan pilihan kata yang digunakan Yoga.

"Camkan ini dalam pikiran dan hatimu. Kita tak pernah tahu kapan kita akan dipanggil Allah. Tidak semua orang diberikan umur panjang hingga enam puluh atau tujuh puluh tahun. Beberapa bahkan diwafatkan sebelum akil baligh. Ayah sendiri telah menyaksikan pria gagah di usia produktifnya, meninggal mendadak," kata Yoga dengan tatapan menerawang. Farhan Akhtar adalah yang ada di pikirannya.

Adli diam. Umur Adli masih sangat muda. Selama pengamatannya semasa hidup, yang wafat di antara sanak saudaranya, adalah yang memang sudah tua. Almarhum Bastian adalah salah satu diantaranya. Bastian berumur tujuh puluhan saat wafat. Sementara Syeikh Abdullah umurnya mencapai delapan puluhan saat meninggal dunia. Belum pernah melihat ada orang muda atau anak-anak yang meninggal, di antara yang dikenalnya.

"Kita memang bukan orang alim. Meskipun terkadang kita hadir di pengajian, tapi kita masih juga terjerumus pada dosa. Tapi ingatlah ini, Adli. Tiap kamu berbuat salah, bersegeralah untuk mengingat bahwa nyawamu ada di genggaman Allah. Kamu tidak punya kekuasaan sedikitpun terhadap nyawamu. Kamu tidak berdaya, tanpa pertolongan-Nya. Jika keyakinan ini terus kita jaga, insyaallah sejauh apapun kita melenceng, Allah akan menarik kita kembali mendekat pada-Nya."

Adli mengangguk, setelah beberapa saat terdiam. Dia tahu, di balik sifat humoris dan kesan cuek Yoga, sebenarnya ayahnya itu diberi pemahaman spiritual yang dalam tentang hidup. Tentang Tuhan. Meski ayahnya sebenarnya tidak rajin-rajin amat ke majelis, dan ngakunya ibadahnya pas-pasan, ayahnya lebih sering bicara tentang urusan akhirat, ketimbang orang tua teman-teman sebayanya, yang dari cerita teman-teman Adli, hampir selalu membicarakan urusan dunia, perihal materi dan pencapaian duniawi, tentang dipandang hebat oleh manusia. Menurut pengakuan teman-teman Adli, ayah mereka jarang bicara dari hati ke hati tentang urusan akhirat, tentang kematian, tentang amalan baik untuk kebaikan akhirat.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang