287 - Terkuak

182 76 4
                                    

.

.

.

.

***

Yunan dan Arisa berbaring di ranjang dengan posisi saling memunggungi. Malam sudah larut, namun keduanya masih belum bisa tidur.

Cahaya kekuningan dari lampu nakas, menyapu lembut wajah Arisa. Hari ini terasa sangat panjang baginya. Bagaimana tidak? Rahasia suaminya yang telah tersimpn rapat selama belasan tahun, akhirnya terkuak juga melalui Ilyasa.

Tidak langsung menelan bulat-bulat perkataan Ilyasa, Arisa tabayyun pada suaminya terlebih dulu.

"Apa benar kamu dan Raesha dulu pernah pacaran?"

Mimik wajah Yunan nampak terkejut. Yunan agaknya langsung paham bahwa Arisa tahu informasi itu dari Ilyasa. Dari siapa lagi? Di luar pintu lift saat itu hanya ada Arisa dan Ilyasa.

"Benar," jawab Yunan setelah menarik napas.

Di balik cadar hitamnya, bibir Arisa terbuka, hendak menanyakan pertanyaan berikutnya.

Apa kamu masih cinta padanya?

Namun Arisa menggigit bibirnya, dengan mata berkaca-kaca. Dia tak sanggup menanyakannya. Tidak siap hatinya mendengar Yunan menjawab, "iya. Aku masih cinta, dan akan selalu cinta padanya."

Arisa memilih diam. Dia berjalan mendahului Yunan. Menunggu Yunan di depan pintu kamar, sebab Yunan yang membawa kartu akses kamar.

Kartu digesek, menimbulkan bunyi biip, sebelum keduanya memasuki kamar. Mandi, berganti pakaian. Mereka belum makan malam sebenarnya, tapi siapa kiranya yang napsu makan dalam kondisi seperti ini?

Yunan terdiam. Tidak baik jika mereka terus-terusan seperti ini. Mungkin sebaiknya dia meminta maaf.

Yunan perlahan membalik badan. Tangannya menyentuh pundak istrinya yang terlapisi jubah tidur sutera.

"Maafin aku, sayang. Aku udah bikin kamu cemas tadi sore. Aku coba hubungin kamu, tapi di dalam lift gak ada sinyal," bisik Yunan lembut.

Arisa masih diam. Bulu matanya mengerjap, pertanda dirinya belum tidur.

"Aku sengaja merahasiakan hubunganku dulu dengan Raesha, karena aku gak mau bikin kamu khawatir. Hubungan itu sudah lama berakhir, jadi kupikir gak perlu membahasnya denganmu."

Hening. Yunan tertunduk. Arisa mungkin marah sekali padanya, sampai tak mau bicara sepatah kata pun.

"Kamu selalu begitu. Aku istrimu, tapi kamu tidak pernah cerita apapun padaku. Apa lagi rahasiamu yang belum aku tahu?" Arisa akhirnya menyahut.

Yunan mencium bahu istrinya. "Enggak ada, sayang. Aku gak nutupin apa-apa dari kamu," rayu Yunan.

Arisa kembali diam. Yunan menghela napas, lalu menggeser posisinya mendekati istrinya.

Arisa masih bergeming, bahkan saat kecupan lembut mendarat di keningnya.

"Kamu lapar, sayang? Mau kupesankan sesuatu?" tanya Yunan sambil mengusap lengan Arisa.

"Gak napsu makan," jawab Arisa ketus.

"Ya udah. Nanti kalau laper, bangunin aku aja, ya. Biar aku yang pesan makanan."

Arisa bersikikuh tetap diam. Yunan menghela napas dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Di belakangnya, Arisa merasakan pipinya menghangat. Dia suka sekali dengan sikap lembut suaminya. Sukaa sekali. Di mana lagi cari suami seperti Yunan? Pasti akan sangat sulit menemukannya.

Arisa menggigit bibir. Wanita itu menyibak selimut dan turun dari ranjang. Tak lama, Yunan mendengar suara pintu kamar mandi dibuka. Istrinya mungkin ingin buang air kecil, tebaknya.

Entah selang waktu berapa lama, Yunan antara tidur dan sadar, terheran-heran saat merasa bagian atas tubuhnya ditindih. Seorang wanita mengenakan gaun super tipis, mendudukinya.

"Ini malam terakhir kita menginap di sini. Aku ... aku mau --," ucap Arisa yang sengaja mengurai rambutnya hingga ke dada. Jemarinya menelusup ke tali gaun dan melepasnya, hingga gaun itu tersingkap separuh, menampakkan sebagian besar kulit mulusnya.

Yunan nampak cool seperti biasa, tapi sebenarnya darah lelakinya mendidih. Istrinya jarang bersikap seperti ini.

Yunan menyingkap selimut dan membiarkan Arisa melepas kausnya. Arisa memberikan pelayanan terbaik untuk suaminya. Meski dia tahu, suaminya telah berbuat salah. Atau mungkin, benar dugaan Ilyasa, bahwa hati suaminya masih tersangkut sebagiannya pada Raesha. Dia tidak perduli. Dia akan berusaha mendapatkan hati suaminya kembali. Utuh hanya kepadanya.

Suaminya tidak sempurna, dan begitu juga dia. Apa salahnya jika mereka berusaha menjadi pasangan terbaik untuk satu sama lain? Biar Allah yang menentukan hasilnya.

Arisa masih optimis, dirinya masih memiliki tempat tinggi di hati Yunan. Mereka telah saling mengenal sejak kecil. Saat Yunan kehilangan kedua orang tuanya, Arisa ada di sana menghiburnya. Bukan Raesha.

Setelah semua yang mereka lalui bersama, Arisa tidak mau melepas Yunan hanya karena hati suaminya terbagi untuk wanita lain. Tidak mau. Dia adalah istri Yunan Lham yang sah. Yunan bahkan dulu rela merebut Arisa dari Malik.

Yunan pasti masih mencintainya. Kadar cintanya mungkin berkurang. Maka itu adalah tugas Arisa, untuk mengembalikan cinta mereka membara lagi.

.

.


ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang