297 - Menjelang Subuh

218 73 14
                                    

.

.

"Kami semua rela bertukar tempat dengannya saat ini. Seandainya bisa. Sungguh kami rela."

.

.

***

Hayoo hayooo pada auto-tobat! Siapa kemaren yang tega manggil saudaranya 'bumbu kimchi'??

Ustadzah Arisa keren bingitz. Aku mau dunks jadi salehah kek gitu.

Ketika dua anak saling jambak-jambakan, lalu emak datang dan menyentil keduanya.

Masyaallah Oppa. We still love u. Jama'ah Oppa Ilyasa tetep rapet shafnya!

Walau Lebaran dah lewat, saya sekeluarga mengucapkan, mohon maaf lahir batin!

Oppa baek banget, nutupin aib saudaranya.

Aib apaan nih? Jangan mulai lagi! :D

.

.

Zhafran menyentuh layar ponselnya, rebahan sambil men-scroll komentar-komentar manusia medsos, dengan senyum menghiasi wajahnya.

Mahzar yang rebahan di samping Zhafran, diam-diam mengintip ponsel Zhafran. Mereka sedang menunggu azan Subuh. Setelah tahajud, tidak bisa tidur lagi. Akhirnya Zhafran mengecek ponselnya. Melihat dampak positif dari konferensi pers kemarin.

Senyum Zhafran mendadak hilang. "Lihat hapemu sendiri, sana," ujarnya.

"Afwan, Ustaz. Saya cuman penasaran aja. Apa yang bikin Ustaz senyum-senyum sendiri," ucap Mahzar sambil melipir menjauh dari ponsel Zhafran.

"Kepo aja," gumam Zhafran sambil berguling ke samping, tak sudi layar ponselnya diintip Mahzar.

Mahzar manyun. Padahal, kuotanya habis. Mau isi pulsa tapi baru bisa nanti agak siangan.

Zhafran mendadak bangkit duduk, lalu meregangkan badannya.

"Mau ke mana, Ustaz?" tanya Mahzar melihat Zhafran bersiap pergi. Biasanya begitu, kalau Zhafran tiba-tiba stretching.

"Mau siap-siap ke musholla," sahut Zhafran.

"Masih jam segini! Gak kecepetan?"

"Terserah kalo masih mau di sini. Asal jangan ketiduran aja," ucap Zhafran seraya berdiri dan menyugar rambutnya dengan jemari.

"Udah ganteng, Ustaz. Ustaz gak sisiran juga tetep ganteng."

Zhafran menatap nyalang ke arah Mahzar. "Kita baru tidur sebelahan tiga hari di sini! Kamu udah bilang saya ganteng! Geseran sana tidurnya! Semeter minimal!" kata Zhafran sambil menunjuk dengan jarinya, di jarak semeter dari spot tidurnya.

Mahzar bengong. "Astaghfirullah, Ustaz. Saya masih normal." Mahzar menyesal telah berkata jujur.

"Baru tiga hari padahal. Saya udah kangen banget sama istri. Tapi begitu bangun, yang saya lihat malah kamu!" omel Zhafran pelan.

"Saya juga kangen istri saya kali, Ustaz. Plis deh. Tapi begitu bangun, yang saya lihat malah Ustaz," balas Mahzar.

Keduanya berharap, semoga Yunan segera sadar.

.

.

Ilyasa berjalan di sepanjang koridor rumah sakit, dengan benak sibuk berpikir.

Sampai kapan dia harus menginap di rumah sakit ini? Memang tak ada yang memintanya, tapi dia merasa bersalah karena dia adalah orang terakhir yang dilihat Kak Yunan, sebelum kecelakaan itu menimpa Kak Yunan. Maka dia merasa bertanggung jawab dan sepantasnya menemani Kak Yunan sampai ...

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang