277 - Otw Jakarta

279 73 25
                                    

.

.

"Kamu pasti gak tahu, kalau aku dulu waktu kecil pernah jadi ... prajuritnya Kak Raesha, untuk membebaskan Kak Yunan yang disekap di lantai atas rumahku!"

.

.

***

Yoga terdiam setelah membaca pesan chat dari Yunan.

Ayah, aku dan Arisa insyaallah besok ke Jakarta. Cuma dua hari. Ada pertemuan da'i dan ulama Asia Tenggara.

Alis Yoga berkerut. Sepertinya dia baru saja mendengar 'Asia Tenggara' ini dari seseorang, tepatnya Ilyasa.

Kamu menginap di rumah Ayah? balasan Yoga.

Notifikasi pesan segera berbunyi setelahnya.

Enggak, Yah. Kami dikasih tiket pesawat dan tiket booking Sultan Hotel.

Alis Yoga naik. Benar, sepertinya. Ini sepertinya pertemuan yang sama dengan yang diceritakan Ilyasa padanya.

Sepertinya kemarin Ilyasa cerita pertemuan yang sama. Nginepnya juga di Sultan. Wah. Kalian bakal ketemu, dong.

Yoga menambahkan ikon nyengir si belakang chat-nya, tapi sebenarnya, hatinya ketar-ketir, karena ...

Oh ya? Ilyasa berangkat sama siapa?

Yoga mendengkus saat mengetik pesan balasan. Dia tahu Yunan akan bertanya ini.

Sama Raesha.

Kali ini Yunan agak lama membalas. Yoga tidak heran.

Oh ...

Balasan yang sangat pendek. Sekarang, Yunan pasti jadi galau sekaligus senang. Senang karena kemungkinan akhirnya bisa bertemu langsung dengan Raesha, setelah tiap lebaran atau tiap ada yang lahiran, Yunan dan raesha hanya bertemu melalui video call keluarga. Galau, karena cemas akan kemungkinan terjadi hal-hal aneh saat dia dan Raesha bertemu nantinya.

Apa kamu dan Arisa akan menginap di rumah Ayah, setelah pertemuan? tanya Yoga.

Insyaallah, Yah.

Yoga menghela napas. Semoga tidak ada yang 'aneh-aneh' di antara mereka. Tiap Yunan dan Raesha bertemu, biasanya ada saja yang -- ah. Tidak mungkin, lah. Ini 'kan pertemuan besar internasional. Memangnya makhluk jahat itu bisa apa? batin Yoga.

Yoga melanjutkan pekerjaan kantor yang dia kerjakan dari rumah. membayangkan Yunan akan menginap lagi di rumahnya, membuat hatinya merasa riang gembira. Suasana rumah langsung terasa berbeda, jika Yunan ada di dalamnya. Mungkin karena ketenangan dari dalam jiwa Yunan. Satu-satunya yang bisa membuat Yunan jadi ambyar, cuma Raesha.

Yoga tidak tahu, jika nantinya harapannya itu tak akan terwujud. Yunan tidak akan menginap di rumahnya, setelah pertemuan itu.

.

.

Zhafran menampakkan wajah yang pucat sejak pagi. Yunan tersenyum ke arahnya.

"Kenapa, Zhafran? Tampangmu seperti belum sarapan saja," canda Yunan tertawa.

Zhafran hanya membalas candaan itu dengan senyum singkat. "Syeikh yakin nanti tidak perlu diantar Mahzar?" tanyanya memastikan.

"Tidak perlu. Tolong pesankan taksi online untuk ke bandara."

"Kheir, segera, Syeikh," sahut Zhafran yang menghela napas pasrah setelah ia berlalu ke arah ruang kerjanya, yang dulunya adalah ruangan Ustaz Umar. Kalau Yunan sudah memutuskan demikian, apa boleh buat.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang