247 - Kangen

253 84 10
                                    

.

.

"Kenapa, Ustaz? Kangen istri, ya?"

.

.

***

Yoga tersenyum melihat Raesha sedang mengajar ngaji anak-anak kecil, di sebuah kelas di madrasah. Erika di rumah Raesha, sedang beberes. Berbeda dengan kediaman Danadyaksa yang memiliki banyak pelayan, di rumah Raesha dan Ilyasa tak ada pelayan satupun. Hanya ada tukang kebun merangkap tukang bersih-bersih kolam ikan. Itu adalah keputusan Ilyasa, dan Yoga serta Erika, menghormati keputusan Ilyasa sebagai kepala rumah tangga yang memimpin putri dan cucu-cucu mereka.

Hari ini Ahad. Yoga dan Erika tiba sejak kemarin siang. Tak ada hal yang mengkhawatirkan sebenarnya. Hanya saja memang, Yoga menemukan Raesha kemarin tidak mengunci slot grendel pagar rumahnya yang berbatasan dengan perumahan dan perkampungan sekitar.

Yoga sudah pernah mengingatkan Ilyasa, untuk mempekerjakan satpam tambahan di gerbang akses samping rumahnya, tapi Ilyasa enggan, dengan alasan tidak ingin terlihat terlalu mencolok, karena rumah para tetangganya tak ada yang dijaga dengan satpam. Praktis satpam hanya ada satu orang di pos depan gerbang madrasah. Namun suasana sejauh ini terpantau kondusif, dan selama beberapa tahun tinggal di lingkungan ini, belum ada kabar kemalingan atau semacamnya.

"Adek-adek, kalau guru sedang mengajar, adab yang baik bagaimana?" tanya Raesha.

"Diam dan mendengarkan, Ustadzaah!" sahut para bocah.

"Pinter. Jadi, kalau sedang ada ustaz atau ustadzah yang mengajar, jangan tengak-tengok ke teman-teman kalian, dan jangan mengobrol dengan te--"

"--maaaan!" lanjut anak-anak.

"Kalau mau pulang dari belajar atau pengajian, adabnya bagaimana?" tanya Raesha lagi.

"Memberi salaaaam!"

"Pinter semuanya. Masyaaallah tabarakallah!" puji Raesha.

Yoga tersenyum lebar melihat anak-anak itu. Dulu sekali, waktu dia kecil, boro-boro mengaji. Kerjaan Yoga hanya main dan belajar.

Senyum Yoga hilang, saat mendengar suara percakapan dua orang pria, dari luar jendela kelas. Yoga yang posisinya sedang duduk bersila bersandari di bawah dinding, tepatnya di bawah level jendela, tak terlihat dari luar.

"Waw kita beruntung hari ini. Ustaz Ilyasa dan tim survei, masih di Flores."

"Asik. Bisa puas liatin Ustadzah Raesha yang cantik jelita."

"Iri banget lihat Ustaz Ilyasa bisa punya istri secantik Ustadzah Raesha. Aku juga mau."

"Aku juga. Bosen banget liat istri mukanya bete tiap hari. Gak ada cantik-cantiknya."

"Ustadzah Raesha memang sesuatu banget. Bukan cuma cantik, tapi juga salehah. Idaman banget."

"Iya. Ustadzah Raesha selalu senyum manis ke suaminya. Mereka juga deket banget kayaknya. Pegangan tangan ke mana-mana, walaupun bukan pengantin baru."

"Aku mau rekam, ah. Mumpung gak ada Ustaz Ilyasa di sini," kata salah satu dari mereka sambil diam-diam merekam Raesha dengan ponselnya.

Tak berapa lama, Yoga berdiri dari duduk bersilanya, dan sontak membuat kedua pria itu menjerit terkejut. Bagai melihat setan yang muncul dari balik jendela.

Raesha dan anak-anak, terdiam mendengar jeritan itu. Mereka kini melirik-lirik ke arah jendela.

Yoga keluar dari kelas dan menghampiri kedua pria itu.

"Anda siapa? Mau apa?" tanya Yoga dengan suara tenang namun galak.

"A-Anda yang siapa? Kami ustaz pengajar di sini!" jawab salah satunya.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang