387 - Maksa

240 61 6
                                    

.

.

"Aku bukan lagi nawarin, tapi maksa."

.

.

***

"Mulai sekarang, akan ada supir yang stand by di luar rumah Kakak."

Perkataan Adli melalui telepon itu, di siang bolong hari ini, membuat Raesha terkejut.

"K-Kenapa tiba-tiba -- ??" Raesha sampai sulit berkata-kata. "Kakak gak perlu supir, Adli. Masih bisa nyetir sendiri," lanjut Raesha.

"No. Kakak makin besar kehamilannya. Bahaya kalau nyetir sendiri ke mana-mana, Kak. Aku akan kirim satu mobil ke sana, beserta supirnya, tentu saja. Dia akan tiba sekitar sejam dari sekarang," putus Adli, tak perduli meski Raesha jelas-jelas tidak setuju.

"Mana bisa begitu, Adli? Tetangga akan protes kalau ada mobil parkir sepanjang hari di luar pagar rumah!" Suara Raesha masih terdengar diredam. 

"Kalau begitu, supirku akan parkir di parkiran madrasah saja."

Di ujung sana, Raesha ternganga. "Gak bisa, Adli. Satpam madrasah pulang kalau malam. Pintu gerbang digembok. Akan repot nanti kalau perlu keluar masuk mobil malam hari."

"Aku akan kirim satpam dari sini, untuk berjaga shift malam. Jadi gerbang madrasah tidak perlu digembok malam hari."

Hening. Sepertinya, mau dibantah seperti apapun, Adli akan tetap ngotot pada pendiriannya.

"Mobil Kakak udah diantar sama tukang bengkel. Sudah dibenerin, kok. Jadi Kakak gak perlu mobil lain lagi. Supir juga gak perlu. Bener, deh."

"Mobil Kakak sudah cukup tua. Keluaran tahun berapa itu? Makanya mulai mogok, walaupun Kakak maintain ke bengkel rutin. Aku akan belikan mobil keluaran terbaru. Kuusahakan sore ini, mobil itu dikirim ke rumah Kakak, dari dealer mobil," kata Adli santai, seolah memesan mobil setara dengan delivery ayam goreng tepung.

Raesha bengong maksimal. "B-Beli apa?? Mobil baru? E-Enggak! Kakak gak perlu! Mobil yang sekarang masih bisa dipakai!" kali ini intonasi suara Raesha mulai naik. Bagaimana tidak? Adli membicarakan mobil seperti membicarakan gorengan saja.

"Aku akan tetap kirim. Mobil Kakak yang sekarang, terserah mau Kakak apakan. Kalau mau dijual, nanti supirku akan memindahkan mobil lama Kakak ke parkiran madrasah, selama mobil itu belum terjual. Supaya mobil baru bisa dimasukkan ke garasi. Atau, mobil lama dikasihkan saja ke tetangga yang membutuhkan."

"K-Kakak sudah bilang, gak perlu, Adli. Makasih ya, kamu udah nawarin bantuan. Tapi semuanya aman terkendali, kok," ucap Raesha terdengar ceria. Bermaksud agar Adli tidak mencemaskannya dan mengurungkan niat untuk membantunya macam-macam. 

"Memangnya yang menawarkan siapa? Aku bukan lagi nawarin, tapi maksa," jelas Adli dengan suara tegas meski datar.

Raesha menarik napas panjang, menyabar-nyabarkan dirinya sendiri.

"Siapa yang menyuruhmu? Kak Yunan?" tembak Raesha langsung. Pasalnya, baru kemarin lusa dia ribut dengan Yunan terkait dirinya diantar pulang oleh Malik.

"Aku sudah menawari Kakak bantuan, berkali-kali, tapi selalu Kakak tolak. Sekarang, aku tidak menerima penolakan," respon Adli terdengar dingin.

Raesha terdiam dengan sorot mata datar. Ini pasti ide Kak Yunan.

"Pak Adli, maaf. Rapatnya sudah mau mulai," suara wanita terdengar samar di telinga Raesha.

"Oke. Sebentar lagi saya ke sana," sahut Adli.

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang