299 - Up Close With Syeikh Yunan Lham

212 74 10
                                    

.

.

"Jika keislaman seseorang tidak membuatnya takut kepada Allah, maka keislamannya perlu dipertanyakan."

.

.

***

"Bonsoir à tous!" (Selamat malam semuanya!)

"Notre émission de ce soir est diffusée en direct de Paris, France." (Acara kita malam ini disiarkan live dari Paris, Perancis)

"Ce soir, nous avons un invité spécial." (Malam ini kita punya tamu yang spesial)

"Veuillez accueillir. Un ouléma islamique qui s'est bien fait connaître récemment à Paris. Syeikh Yunan Lham!" (Mari kita sambut. Seorang ulama Islam yang belakangan cukup dikenal di Paris. Syeikh Yunan Lham!)

Yunan muncul dari balik panggung, seperti biasa, nampak sederhana, hanya mengenakan dalaman kemeja, bawahan celana panjang dan jaket tipis. Suara tepuk tangan mengiringi Yunan dari belakang panggung, hingga menghampiri pembawa acara.

Sang pembawa acara, yang adalah seorang lelaki paruh baya, berdiri dan menjabat tangan Yunan, sebelum mempersilakan Yunan duduk di sampingnya. Suara tepuk tangan perlahan mereda.

"Bonsoir, Syeikh." (Selamat malam, Syeikh)

"Bonne soirée." (Selamat malam)

Percakapan berlangsung dalam bahasa Perancis.

"Belakangan nama anda sering terdengar di pelosok Paris."

Yunan tertawa ringan. "Tidak sebegitunya."

"Non! Non! Vraiment! Vous êtes assez célèbre en France! (Tidak! Tidak! Sungguh! Anda cukup terkenal di Perancis!)

Maksud saya, relatif jika dibandingkan dengan beberapa ulama Islam lainnya di Paris, nama anda sangat familiar. Ada sebagian ulama asli Perancis, dan ada yang pendatang. Dan dakwah anda, Syeikh Yunan, adalah termasuk dakwah ulama pendatang yang dinilai sukses karena pengikut Islam di Perancis telah bertambah melalui diskusi terbuka yang anda lakukan di Paris, dalam jumlah yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir."

"Alhamdulillah. Kuasa Allah," sahut Yunan tersenyum.

"Bisa ceritakan sedikit tentang diri anda? Benarkah anda berasal dari Indonesia?"

"Benar. Saya lulus dari Universitas Islam Jakarta jurusan dakwah, lalu juga dari Ribath Tarim. Usia saya 38 tahun. Saya menikah dengan seorang istri. Punya seorang putra yang sebentar lagi lulus dari pesantren, dan seorang putri yang masih sekolah di madrasah tsanawiyah."

"Bagaimana anda bisa mendapatkan gelar Syeikh di usia semuda ini?"

Yunan tertawa. "Sejujurnya, saya juga tidak tahu. Orang-orang memanggil saya dengan sebutan itu, tapi sejujurnya sampai detik ini saya masih meragukan kepantasan saya menyanding sebutan mulia itu."

"Anda terlalu merendah, mungkin?"

"Tidak! Saya sungguh berpikir begitu," tegas Yunan, masih sambil tertawa.

"Syeikh Yunan Lham. Anda punya pengikut juga di negara-negara lain, seperti di Jepang, Spanyol, Jerman dan negara-negara lainnya. Tapi sepertinya di Perancis berbeda. Dakwah anda diterima dengan tangan terbuka, di negeri ini. Selain jumlah pengikut anda yang cukup banyak di sini, anda juga dicintai dengan amat sangat, oleh mereka. Apa komentar anda mengenai hal ini? Menurut anda, apa yang menyebabkan hal itu terjadi?"

ANXI EXTENDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang