BAB 1. TANPA DUA KEISTIMEWAAN

812 30 12
                                    

"Kamu sudah ga punya payudara! Wanita cacat! Kamu pikir aku dan keluargaku gila mau menjadikanmu istriku, hmm?"

Bagaimana bisa pria seperti Reiko Byakta Adiwijaya yang begitu terpelajar menyentaknya dan bicara seperti itu?

"Jadi semua sandiwara? Pernikahan ini karena kalian menuruti kakek Adiwijaya?"

"Hmm. Jadi jangan berpikir aku menyukaimu! Maaf ya, aku pria normal. Wanita tanpa dua yang menonjol,itu kayak aku tidur sama laki-laki."

Perih tak berdarah di hati Aida ketika mendengar desis Reiko. Pria yang tampak sangat penyayang dengan senyum selalu merekah, bahkan datang ke keluarganya bersama kakeknya Adiwijaya dan orang tuanya ke rumah Aida baik-baik untuk mempersuntingnya, Aida juga jelas sekali mendengar dia tak sama sekali keberatan dengan kondisi fisik Aida.

Tapi lihat sekarang. Baru beberapa jam rasanya ijab qabul berlalu dan Aida diboyong ke Jakarta oleh keluarga Adiwijaya, semua berubah. Di rumah orang tua Reiko, dia sudah disentak saat memasuki ruang tamu. Kedua orang tua Reiko langsung meminta putranya menjelaskan status Aida di balik pengetahuan Adiwijaya.

Bagaimana Aida tak murka dirinya hanya diperalat?

"Kalau begitu aku tidak mau terikat permainanmu dan keluargamu. Ceraikan aku!" sengit Aida menantang tak mau kalah.

"Hmm. Menceraikanmu, artinya kamu tidak akan mendapatkan biaya sekolah untuk adikmu Lingga, Arum dan Lestari."

Nah, ancaman ini membuat Aida bagai tersambar petir. Adiwijaya, kakek Reiko berjanji, selama Aida mau menikah dengan cucunya, maka biaya ibu dan adik-adiknya termasuk sekolah mereka akan ditanggung. Kalau Aida batal menikah, apa yang akan terjadi dengan pendidikan adiknya?

Kenapa juga kakek Adiwijaya harus begitu baik pada kami dan begitu yakin aku paling cocok buat cucunya padahal banyak kekuranganku dan cucunya juga ga mau sama aku?

Aida tak tahu apa alasan pria paruh baya itu selalu menyokong anggota keluarganya selepas ayahnya jatuh sakit hingga pria itu meninggal. Bahkan setelah semua harta mereka habis, untuk berobat dan operasi Aida yang terkena penyakit seperti ayahnya, hanya bedanya ayahnya kanker hati dan Aida di payudara bisa sembuh karena semua disokong Adiwijaya.

"Lagi mikir, hmm?"

Aida tersentak lagi dengan Reiko yang menyindirnya.

"Pernikahan bisa batal. Tapi bagaimana ibumu yang sudah menikahkanmu dengan saksi pak RT, wakil RT juga keluargamu itu? Apa mereka tidak akan malu di kampung?"

Nah iya, Aida memang tak bisa egois. Saat tadi malam Aida ingin membatalkan pernikahan karena insecure fisiknnya, asma ibunya kambuh. Ratna sesak napas, pucat dan hampir pingsan. Ibunya sudah berpikir kalau Reiko adalah pria sempurna. Keluarga mereka juga banyak berhutang budi pada keluarga Adiwijaya.

"Harusnya kamu menolak kalau memang tak mau menikah denganku!"

"Kakekku hampir mati karena kena serangan jantung karena aku menolak. Sampai akhirnya papa aku membuat skenario ini." Reiko kembali menegaskan sambil menatap Aida yang duduk di seberangnya.

"Keluarga intiku tahu aku sudah punya kekasih. Mereka juga sudah menerima kekasihku. Tapi karena kakek bersikeras dengan ribuan alasannya, jadi kami sengaja mengikuti keinginan kakek tapi aku akan membuat perjanjian denganmu."

"Bilang aja, kamu takut ga dibagi warisan kan? klise gitu alasannya sih?" sindir Aida yang membuat wajah Reiko memerah padam

"Jangan banyak bicara!" sentaknya sedetik kemudian.

Reiko mengambil map di meja yang membuat sofa yang diduduki Aida bersebrangan dengan sofa yang diduduki Reiko.

"Ini surat perjanjiannya.Tandatangani dan kamu aku tetap dapat benefit dari pernikahan kita sesuai janji kakekku, Adiwijaya!"

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now