Bab 115. PUSING VS PENING

34 4 1
                                    

"Eeh, P-pak ... jangan macam-macam!"

Baru bangun tidur sudah diperlakukan seperti ini rasanya Aida berasa seperti mimpi, tapi Aida sadar, dirinya tak akan membiarkan semua ini terjadi meski hanya mimpi.

"Macam-macam pada istriku sendiri tak masalah kan?"

"Hah, Bapak minta aja sama kekasih Bapak tuh. Jangan ke saya. Menjauuh Pak."

Sontak kedua telapak tangan Aida pun mendorong seseorang yang wajahnya sudah kurang dari lima belas senti lagi mendekat.

Tapi,

"Lepasin Pak!"

Aida berusaha menggerakkan tangannya yang kini pergelangan tangannya itu dipegang oleh Reiko.

"Jangan dorong aku dengan tanganmu nanti sakit."

"Biarin aja, yang penting saya gak mau sama Bapak. Dalam mimpipun saya gak mau Pak. Menjauuuuuuh!"

Aida tetap masih berusaha untuk mendorong Reiko dan kini dia mau menggerakkan lututnya juga untuk menyerang Reiko.

"Hahaha. Sudah, sudah. Sakit semua lagi nanti badanmu. Sekuat apapun kamu meronta dan menolakku tetap saja tenagaku lebih kuat darimu."

Heish, aku tahu dia hanya menjadikanku mainannya sekarang. Enaknya dia tertawa setelah membuatku ketakutan setengah mati?

Dan kini Reiko memang tertawa geli sampai wajahnya memerah tapi dengan posisinya yang sudah duduk tegak lagi di samping Aida. Dia juga sudah melepaskan kedua tangan Aida dan tidak lagi menyentuh tubuh Aida.

"Senang Pak, senang sampai ketawanya begitu?" kesal Aida

"Hmmm." Reiko mengangguk dengan matanya yang melirik pada Aida.

"Jadi bagaimana kita melakukan programnya kalau aku tidak bisa memasukkannya ke dalam milikmu?"

"Aish, sudahlah Pak, jangan bercanda lagi Pak," kesal Aida

"Kamu pikir aku bercanda?"

"Alah, udahlah." Aida berusaha mengubah posisinya jadi duduk.

"Mukamu merah begitu?"

"Mana ada." Aida yang panik dibilang begitu dirinya langsung mencoba mencari cermin dan melihat wajahnya dipantulkan cermin.

"Hahahaha."

Dan terus-terusan sajalah dia ngakak gitu melihatku. Apa dia pikir ini lucu? Cih. Dia pikir aku menyukainya kah? Aku hanya khawatir saja pada diriku sendiri bukan aku punya rasa padanya, seru hati Aida menahan diri.

"Kamu pikir aku benar-benar menyukaimu dan menginginkanmu untuk tidur denganku begitu?" sindir Reiko saat Aida kini sudah tidak lagi dalam posisi tiduran dengan kakinya yang masih selonjoran dan Reiko masih duduk di pinggiran sofa yang sama yang tadi ditiduri olehnya.

"Saya yakin seribu persen Bapak tidak menyukai saya. Tapi bisa saja Bapak mengerjai saya dan melakukan itu hanya untuk bersenang-senang bukan? Ingin menghancurkan hidup orang lain," sindir Aida yang membuat Reiko manggut-manggut,

"Kamu yang menghancurkan hidupku dengan tindakan bodoh menyetuhmu, hmmm?" protes Reiko sambil mencibir

"Kalau aku melakukan itu denganmu maka yang ada aku dan Brigita akan benar-benar selesai. Hubungan kami akan berantakan dan seumur hidup aku akan merasa kecewa sudah menyakitinya dan tidak akan pernah puas dengan dirimu dan tidak akan pernah bahagia dengan keluarga yang akan kita bangun. Karena dalam hatiku hanya ada Brigita." Dan kini Reiko menepuk nepuk lagi dadanya sambil menyelesaikan kalimat terakhirnya.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now