Bab 167. SAMA SEPERTIKU

31 4 1
                                    

(Sementara itu, selepas Nada dan Radit meninggalkan Villa)

"Harusnya kau tetap di dalam saja Denada."

"Hemmm ... Dan membiarkanmu menyulut peperangan dengan seorang pria di belakang sana dan ujungnya Aida tidak akan pernah bisa diizinkan lagi untuk bertemu dengan putriku Riri?"

Nada menyindir sambil melirik wajah suaminya yang masih terlihat keras dan kaku.

"Aku sudah bilang padamu jangan ikut campur urusanku karena aku mau bicara soal bisnisku saja. Aku tidak membicarakan apapun dengannya kecuali bisnis."

"Kalau cuman masalah bisnis kau tidak akan begitu murka melihat dia menipumu bukan?"

"Ahahha, jadi kau menyadarinya juga dan masih bermulut manis didepannya? Kau menyukainya, hemmm?" sindir Radit yang lalu mencebik pada Nada

"Otakmu dangkal," protes Nada

"Kupikir kau mulai terpesona dengannya." tapi Radit tak peduli.

"Heish." Jawaban yang tentu saja membuat Nada memutar bola matanya.

Tentu saja Nada yakin kalau semua yang dikatakan oleh Aida tentang hubungannya bersama dengan Reiko itu adalah tipuan. Nada paham soal itu tapi dia melihat dari sisi seorang wanita.

"Kau pikir aku tidak berpura-pura bahagia bersama denganmu dulu ketika kita berada di rumah besar?" sindir Nada tanpa menatap Radit dan mereka memang sedang berjalan di lorong belakang yang menghubungkan antara Villa dengan pintu yang menuju tangga yang agak curam tepat ke kebun bunga. Nada bicara dengan suara sedikit sesak dan Radit sulit bicara kalau sudah membahas ini.

"Kondisinya sama atau bahkan mungkin lebih buruk dariku? Atau kami sama buruknya seperti saat kau masih tergila-gila pada istrimu itu, nyonya Vi--mmmmmh."

"Kalau aku tidak mengecupmu begitu kau terus saja mengoceh membuat telingaku sakit, hatiku sakit, pikiranku kacau."

Bagaimanapun sekarang memang Nada tahu kalau Radit mencintainya.

Tapi bayang-bayang masa lalu itu tetap masih ada di dalam benaknya apalagi Nada juga merasakan bagaimana kecemburuan Viola dan kebenciannya sudah hampir merenggut nyawa putra putrinya dan dirinya di villa Sean.

Jadi saat ini sebelum mereka melewati pintu yang menghubungkannya dengan tangga Nada menatap tajam pada Radit

"Apa salah yang aku ucapkan?"

"Denada Aprilia sekarang semua sudah berbeda dan harus seperti apa lagi aku mengatakan padamu kalau aku sangat mencintaimu? Kau selalu saja berpikir kalau aku akan kembali dengan Viola. Itu tidak akan pernah terjadi."

Nada hanya menghempaskan napas dan membuang wajahnya saja. Tak ada ekspresi lain.

"Coba lihat dan tatap aku. Kau tak percaya padaku?"

Sebetulnya kalau ditanya percaya atau tidak, Nada sangat percaya sekali pada pria di hadapannya. Pria yang sudah menjaganya dan melindunginya selama dirinya juga dalam kondisi sakit. Tapi bayang-bayang hubungan antara pria itu dengan wanita yang pernah dicintainya memang masih melekat dalam benak Nada, memberikan trauma tersendiri dan toxic dalam hatinya.

"Sudahlah Raditya. Aku tidak mau membahas masalah ini dan jangan campuri urusan wanita itu dengan rekan kerjamu Pak Reiko." Nada merasa sangat terganggu sekali pikirannya dengan ini meski berusaha bersikap biasa.

"Kau yang mulai," cicit Radit meski dia juga setuju tak membahas ini lagi.

"Kau melihat dirimu sendiri padanya? Tapi aku tidak seburuk itu Denada." Radit mencoba bicara, meluapkan sesaknya, meski dia tak mau membahas ini lagi, tapi Radit tak bisa diam.

Bidadari (Bab 1-200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang