Bab 117. GOLD DIGGER

23 2 0
                                    

"Excel, apa aku pernah bertemu dengan wanita itu?"

Justru pertanyaan itu yang diberikan olehnya sambil berjalan menjauh dan menaruh gelas air minumnya yang sudah kosong sembarang saja.

"Saya rasa Anda tidak pernah bertemu dengannya."

"Berapa persen keyakinanmu?"

"99,9% tuan Richard," ucapnya lagi sambil mengikuti tuannya yang sedang diajak bicara olehnya itu.

"Berikan aku informasi tentangnya."

"Silakan Tuan."

Tak perlu tunggu lama untuk Excel, asisten pribadi Richard untuk memberikan apa yang dibutuhkan oleh tuannya.

Saat tadi Brigita menyalak, saat itu juga Excel memang sudah membuka tabletnya dan mencari info tentang wanita yang mengomel itu.

Dia tahu, kemungkinan besar Richard pasti akan bertanya. Itu memang sudah kebiasaannya.

"Gold digger yang sepertinya bermimpi untuk menikah denganku?" ucap Richard yang memang sudah keluar dari beach club itu dan kini sudah ada di dalam mobilnya dia selesai membaca semua yang diberikan oleh asistennya dan menyerahkan lagi tabletnya itu.

"Tapi sepertinya dia tidak menemukan Anda karena penampilan Anda, Tuan."

Lagi-lagi sebuah selentingan yang membuat Richard menengok pada baju yang dikenakan olehnya.

"Ada yang salah dengan bajuku, Excel?"

"Untuk orang kaya seperti Anda apalagi ultra kaya dan orang terkaya nomor satu di dunia saya rasa pakaian Anda tidak menunjukkan siapa diri Anda, Tuan."

Lagi lagi Richard hanya manggut-manggut dan tersenyum simpul.

Karena yang dipakai oleh Richard hanyalah kaos Quick Silver, dengan celana pendek dari merk yang sama ditambah sepatu kets biasa saja seperti seorang turis. Bahkan di beach club itu banyak yang lebih mentereng darinya.

"Harusnya dia melihat apa yang aku gunakan di tanganku ini," seru Richard yang justru mengundang senyum dari Excel.

"Itu Paul Newman Rolex Daytona Watch, Tuan. Keluaran tahun 1969, Saya rasa saat itu dia belum lahir. Meskipun harga dari jam tangan yang Anda kenakan itu 15,5 juta saya yakin dia tidak memperhatikan sampai sedetail itu apalagi dia tadi sedang mabuk," analisa Excel yang diberikannya kepada sang bos.

"Atau mungkin Anda tertarik padanya dan ingin saya membawanya ke penginapan Anda, Tuan?"

"No! Sampah seperti itu aku bisa mendapatkannya dengan mudah dan dengan harga yang sangat murah dan kau tahu ...." Kini Richard melirik pada Excel. "Wanita macam itu, hanya akan membuat hidupku makin sulit. Dia akan sulit dilepaskan dan satu-satunya cara untuk menghilangkan hama sepertinya hanya dengan membunuhnya."

Lalu Richard mengalihkan pandangan matanya pada tangannya sendiri.

"Aku malas mengotori tanganku dengan darah yang busuk," serunya lagi sambil membuang wajahnya.

Excel tahu tentang kebiasaan bosnya, dia pun mengangguk dan memang wanita itu bukanlah wanita yang dicari olehnya.

"Enlighten me," pinta Richard tak sabaran. Karena memang dia sedang menunggu info dari orang di sampingnya.

"Tommy dan Shandra, mereka yang membawa gadis yang tadi menabrak Anda itu Tuan. Mereka memiliki sebuah rencana untuk mencari Anda."

"Jadi mereka memakan umpannya?"

"Iya Tuan."

Jelas sudah memang Richard sendiri yang menyuruh orangnya untuk membiarkan Tommy tahu rencananya yang satu ini, mengunjungi beach club itu.

Richard yang kebetulan memang sedang ada di Bali mendapatkan kabar dari Excel yang menceritakan bahwa Tommy mendatangi lokasi proyeknya. Karena itulah Richard yang kepikiran sesuatu pun meminta Excel membuat rencana ini.

"Jadi dia tidak sama sekali membicarakan tentang Anastasya Adiatma?"

"Tidak ada Tuan. Dari semua pembicaraan mereka yang kami rekam, semuanya hanya membicarakan tentang bisnis. Dia hanya ingin mencari investor untuk modal menerima tender kita."

Yah, Excel memang menaruh perekam di tempat yang sudah dibooking oleh Tommy. Excel tahu semua pembicaraan itu dan tentu saja dia tahu tentang berita yang datang bersama Tommy. Hanya saja dia tidak menyangka kalau Brigita akan berpapasan seperti tadi dengan Richard yang memang penampilannya biasa, berbaur seperti turis.

"Sssh. Ke mana lagi aku harus mencarinya? Ini sudah dua tahun berlalu." Kesal sebenarnya Richard karena memang seseorang yang dia cari ini membuat dirinya pening.

"Mungkin Anda harus sedikit bersabar Tuan. Dan untuk proyek itu apa tetap kita akan melaksanakannya bersama dengan perusahaan Pramono Group?"

Excel tahu kalau bosnya sudah buta dengan seseorang yang dicarinya itu. Makanya dia berusaha untuk mengalihkan pikiran Richard pada sesuatu yang menjadi fokus mereka.

"Ya. Tentu saja kita akan tetap menjalankan itu bersama dengannya karena aku masih ingin mencari Anastasya Peterson, sssh." Di sini Richard tersenyum simpul.

"Sebenarnya wanita tadi itu hampir mengingatkanku pada Tasya dari cara dia bicara dan bersikap yang serampangan saja saat mabuk," keluh Richard.

"Tapi Tasya berbeda dengannya." Kini Richard menjepit pangkal hidungnya sambil kedua matanya juga terpejam namun bibirnya tersenyum.

"Tasya tulus sekali. Dia tidak menginginkan apapun dariku termasuk hartaku, yang dia inginkan hanya aku. Tapi wanita itu berbeda. Dia jujur sekali kalau yang dia inginkan adalah hartaku, Excel."

Lalu kini ekor mata Richard kembali pada asistennya.

"Wanita macam dia dia tidak akan puas dengan diriku tanpa uang. Dan sebesar apapun cintanya untukku tetap akan dikalahkan dengan uang."

"Jadi Anda mencari wanita yang bisa mencintai Anda tanpa melihat uang Anda?"

"Hmmm. Aku menginginkan seorang wanita yang tidak melihatku selain hanya aku. Bukan siapa aku dan bukan berapa banyak uangku. Hanya aku saja yang bisa memuaskannya."

"Dan Anda juga ingin menyembunyikan identitas Anda sebagai Richard Gerald Peterson karena Anda tidak mau dikejar-kejar oleh wanita?"

"Ya itu alasan klasik. Aku hanya ingin hidup tenang dan tidak dikejar oleh siapapun baik rekan bisnisku ataupun orang-orang seperti mereka dan juga dengan musuh kita," ucap Richard lagi sambil menunjuk ke arah belakang.

"Lihat saja betapa repotnya mengurus satu keluarga yang tahu siapa itu Gerald Peterson," keluh Richard yang membuat Excel menengok ke belakang dan tersenyum.

"Itu keluarga Anda sendiri Tuan. Dan mereka mengikuti Anda karena tidak ingin Anda menemui ibu Anda."

Orang tua Richard memang sudah berpisah lama. Ayahnya sudah menikah lagi dengan wanita lain dan ibunya juga sudah pindah dari negaranya dan kini tinggal di Bali.

Tapi Richard memang selalu dipantau jika ada di Indonesia oleh keluarganya. Mereka khawatir sekali Richard bertemu dengan ibunya dan membicarakan sesuatu yang tidak ingin mereka dengar.

"Menyebalkan bukan?" Namun kini sebuah senyum pun muncul dari Richard.

"Apa Anda ingin saya melakukan sesuatu untuk membuat mereka berhenti melakukannya Tuan?"

"No!" Richard memilih membiarkan

"Kakekku, Phillips, pasti yang menyuruhnya. Dan selama aku tidak menemui Lena, maka semua akan baik-baik saja. Mereka hanya memantau."

"Baiklah kalau memang itu keinginan Anda Tuan." Tak ada penolakan yang diberikan oleh Richard makanya Excel tidak bertindak apapun.

"Ingat saja pekerjaan intimu!" seru Richard lagi

"Tasya, Anastasya Peterson. Dia akan menjadi Anastasya Peterson-ku. Aku ingin kau mencarinya. Jangan pernah berhenti dan aku ingin kau segera menemukannya untukku, Excel," seru Richard di saat yang bersamaaan.

Ciiiit. BRAAAAAAK.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now