Bab 31. APAKAH INI SOLUSI?

47 4 0
                                    

"Tidak ada salahnya juga aku mengangkat telepon Kakek. Mungkin saja Pak Le punya teman yang bisa membantuku menyelesaikan urusanku ini."

Maklumlah Reiko lagi pusing sekali tadi. Lalu dia mendapatkan saran dari kakeknya yang sejalur dengan masalahnya. Kini dia sudah membayangkan sesuatu yang membuat hatinya merasa punya harapan.

Sayangnya, kini ada masalah baru

"Aku harus ketemu Pak le di mana? Kan aku ga tau rumah dan kantornya di mana."

Jangankan alamat rumahnya. Nomor teleponnya saja Reiko tidak punya. Reiko juga tidak tahu nama perusahaan Pak lek-nya.

Mereka memang pernah bertemu dan bukan sekali dua kali. Setiap kali acara besar keagamaan mereka pasti ketemu di Kudus. Walaupun Pak lek-nya itu tidak lama di rumah kakeknya, tapi minimal mereka pernah berkomunikasi.

Tapi tidak pernah ada satupun diantara mereka yang bertukar nomor telepon.

Mereka bicara satu sama lain pun itu hanyalah pembahasan formal dan Reiko tidak cukup dekat dengan Hartono yang kini membuat dia jadi meringis kembali.

"Besok aku akan bertemu dengan Raditya Prayoga dan aku harus memberikan feedback dari perjanjian yang dibuatnya. Bagaimana ini?"

Reiko masih berpikir.

Bagaimana dia bisa memberikan respon terhadap perjanjian yang akan diberikan oleh Sandi kalau Reiko belum bisa memenuhi semua kewajiban dari sisinya? Dan bukankah dia punya harga tawar juga dan harus menuliskan sesuatu sebelum dia nanti bertemu dan membuat kesepakatan dengan CEO dari Aurora Corporation?

Tapi bagaimana sekarang kalau dia tidak mempunyai nomor telepon Hartono? Siapa selain Hartono yang bisa diajaknya bekerjasama?

Tommy tak mungkin. Dia saja sedang kelilit banyak sekali permasalahan karena projectnya yang mandek.

Yah, teman Reiko itu memang sedang ada masalah karena keterlambatan pembangunan dari propertinya dan kini dia mengalami banyak sekali tuntutan dari konsumennya karena sudah molor tiga tahun pembangunan dan belum bisa serah terima kunci. Ini juga yang jadi pertimbangan Reiko untuk tidak mau main-main dengan uang yang akan diggunakannya untuk projek dengan Aurora Corporation.

Aku tahu dia memutar uang untuk propertinya yang lain, cuma untuk yang satu itu mangkrak karena ketidakstabilan ekonomi sekarang dan masa resesi. Makanya satu-satunya harapan dia adalah mega project di Bali.

Reiko paham soal ini tapi dia memang belum bisa bicara dengan kekasihnya Brigita. Reiko juga tak terlalu memikirkan ini sebelumnya dan dulu masih memiliki pemikiran sama seperti Brigita kalau itu adalah konsekuensi bisnis. Namun melihat bagaimana keteguhan Raditya Prayoga dan cara Radit bersikap memang membuka matanya kalau dirinya tidak bisa main-main dengan project itu. Makanya Brigita yang sudah marah sekali tadi tak bisa ditenangkan oleh Reiko melalui telepon, dia inginnya sih nanti bicara dengan Brigita.

Aku akan memberi pengertian pada Bee kalau aku sudah punya modalnya. Karena kalau sekarang aku bicara dia akan berpikir aku hanya memutar balikan fakta, bisik Reiko yang masih mencoba mencari cara. Dia ingin menelepon ulang kakeknya menanyakan tentang Pak lek-nya itu

dret dreet

Wah, sekarang giliran papa yang menelponku.

Reiko tadinya ingin bertanya pada kakeknya dan mungkin dia bisa mendapatkan jawaban di mana rumah Hartono atau kantornya.

Tapi baru juga dia ingin membuka handphonenya ada telepon masuk yang saat ini juga tidak diharapkannya

Reiko: Iya Papa?

Bidadari (Bab 1-200)Место, где живут истории. Откройте их для себя