Bab 103. SEPERTI SUNDEL BOLONG

42 5 0
                                    

"Heeeh, emang cukup waktunya buat ke salon?" tanya Aida dengan pandangan matanya yang mendongak menatap pria yang tak menengok padanya.

Pandangan mata Reiko mengarah jauh ke depan dan diam-diam ini juga membuat Aida mengumpat dalam hatinya

Kenapa juga aku harus mendongak dan melihat dia? Sedekat ini dan tak menampik, dia tampan, bisik hati Aida yang mencoba untuk mengusir semua pemikirannya soal ini.

Masalahnya Reiko begitu dekat dengannya, dari aroma tubuhnya dan tidak bisa dipungkiri juga kalau memang dia menarik.

Walaupun Aida tidak mau memperhatikan ini tapi hatinya tidak bisa bohong mengatakan kalau orang yang sedang menggendongnya ini tampan.

"Siapa juga yang mau membawamu ke salon."

Reiko bicara begitu ketika langkah kakinya kini mengarah ke tangga.

Itu pulalah yang membuat Aida jadi bergidik.

"Ini kita menuju kamar Bapak dong? Pak, Pak. Aduuuh, kita nggak bisa ke sana Pak."

Di sini sudah tidak ada housekeeping. Makanya Aida bisa bisik-bisik memanggil Reiko seperti panggilan yang biasa dia gunakan.

Sekali membersihkan ada dua orang housekeeping. Yang tadi membersihkan di bagian dalam dan yang seorang lagi sedang membersihkan di bagian luar termasuk garden dan kolam.

Mereka membagi pekerjaan menjadi dua bagian. Yang sedang membersihkan kamar Aida itu juga nanti yang membersihkan ruangan-ruangan termasuk kamar Reiko juga.

Sedangkan yang membersihkan taman dan kolam, dia bertugas membersihkan nature space, dapur, teras, kamar mandi umum. Dan nantinya mereka akan membersihkan ruang tamu dan ruang tengah bersama-sama.

Makanya tidak mungkin suara Aida ini terdengar oleh mereka.

"Memang ke kamarku."

"Hah, saya gak mau Pak," seru Aida menolak.

"Mukamu harus ditutup dengan make up. Kakekku bentar lagi datang. Jadi ikuti saja rencananya."

"Pak, saya gak bisa make up, beneran. Dan saya sekarang harus pakai make up-nya ratu lebah? Saya enggak mau. Upps."

Namun saat itu Aida segera memegang mulutnya.

"Eh maaf, maksudnya saya enggak mau pak pake make upnya nyonya Brigita."

Aida tidak suka bermake up. Dan sekarang dia harus menggunakan make up wanita yang sangat dibenci olehnya itu. Bagaimana dia bisa menerima ini?

"Sudahlah, ikuti saja, jangan banyak protes!"

"Gak mau Pak."

Tak sama sekali Aida menyerah. Dia tidak menginginkan yang itu, untuk yang satu ini dia tidak mau mentoleransi apapun.

"Tak ada waktu."

Tapi dengan cepat Reiko menjawab begitu sambil mendudukkan Aida di kursi rias yang membelakangi cermin.

"Tapi Pak, saya beneran enggak mau Pak."

Aida terus-terusan saja ribut dengan Reiko. Tapi memang yang satu ini harus Aida perjuangkan.

Jadi walaupun Reiko sudah berbaik hati tadi memberikannya makanan, untuk yang ini dia tidak bisa mentoleransi.

Wajahku harus memakai bedak yang dia gunakan? Dan bibirku harus terkena olesan lipstik miliknya gitu? Lipstik yang sudah bekas kena bibirnya? Lipstik yang dia gunakan sebelum dia mengecup pria ini? Menjijikan!

Tapi apa bisa Aida menolak Reiko?

"Kakekku akan melihat lukanya. Ini akan jadi masalah baru untukku. Jadi kamu sebaiknya mengikuti saja apa yang sudah aku rencanakan."

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now