Bab 176. FEELING GUILTY

27 2 1
                                    

"Huh, Sedang apa kau bicara dengannya?"

Brigita dari tadi bicara terus dan sepertinya dia memang tidak menyadari kalau ada seseorang di sana yang lebih dulu bicara dengan Reiko.

Matanya mengarah pada Aida dengan tatapan yang tak bersahabat.

"Dia baru belanja. Aku cuma cek belanjaannya aja," ucap Reiko sambil memberikan sebuah senyum tipis dan kecupan di dahi Brigita untuk membuatnya kembali terfokus pada Reiko.

"Apa dia belanja berlebihan?"

"Bukan. Bagaimana perjalananmu Bee? Ayo."

Seakan tak mau membahas itu dan berlama-lama di dapur, Reiko sudah menggandeng tangan Brigita menjauh dari dapur.

Tentu dengan pandangan mata Reiko sudah tak mengarah lagi pada Aida yang masih berdiri terpaku saat pria itu membalikkan badan.

Pria itu sudah membelakanginya sambil satu tangannya merangkul Brigita.

"Oh, pembukaan itu berjalan lancar. Tapi itu gak penting. Bagaimana dengan dirimu? Duuuh, wajahmu terluka di tulang pipi kirimu loh sayang."

Bahkan Brigita tak ada mood untuk membahas berlebihan tentang dirinya sendiri. Padahal dia biasanya selalu suka membahas tentang kegiatan dirinya sendiri.

"Hmm, aku gapapa. Paling sedikit paralyzed karena kelelahan."

"Ga tidur semalaman?"

"Yep, aku butuh istirahat sebentar, Bee."

Dan suara ini masih terdengar di telinga Aida meski dia tidak bisa melihat kedua orang itu karena mereka sudah meninggalkan dapur.

"Ya iyalah kamu istirahat aja dulu. Kalo perlu kita panggil dokter buat cek kondisimu,"

"Aku gapapa, ga usah panggil siapa-siapa."

"Dan hati-hati naik tangganya, sini biar aku pegang tanganmu."

"Hey, jangan berlebihan, aku gak akan jatuh Bee,"

"Tetap saja. Aku khawatir sekali padamu. Ya ampun, kenapa bisa sampe begini sih, sayang?" protes Brigita yang membuat perih hati seseorang.

"Sssh, sudah, kau gapapa, naik ke punggungku sini, mau aku membawamu ke kamar?"

"Heish, kamu kecapean begini. Pucat juga, kamu belum makan kah?" suara sudah terdengar sayup dan sulit di dengar lagi oleh Aida

'Dia kenapa? Tadi malam ada apa?'

Makin merasa bersalah dalam hati Aida di saat dia menundukkan kepalanya menatap ke arah tangannya sendiri yang masih memegang kantong belanja.

'Kenapa dengan diriku?'

Aida mengedipkan matanya saat kepalanya masih mengarah menunduk mencoba menahan air matanya.

'Apa aku salah tadi bicara denganya begitu? Kau kenapa tidak bisa memperhatikan bajunya dulu dan tidak bisa memperhatikan luka di wajahnya tadi, sih Aida?'

Ada penyesalan. Aida merutuki dirinya sendiri dan sungguh dia tidak menyangka kalau dirinya bisa seteledor dan sebuta itu tak memperhatikan Reiko dulu

'Kenapa tak mau mendengarnya bicara?'

Sesak hati Aida dengan kedua tangannya mencengkram tas belanjaan begitu erat untuk meluapkan rasa hatinya.

Aida masih berdiri di dapur di tempatnya tadi bicara dengan Reiko tanpa mengatakan apapun lagi.

'Tadi dia datang padaku baik-baik. Dia tersenyum saat membawakan belanjaan dan memang dia terlihat khawatir padaku. Tapi kenapa aku gak bisa melihat itu? Dia juga berusaha menjelaskan sesuatu pada aku, dan aku -- ehm, kenapa aku marah dan kesal padanya sampai seperti ingin melabrak suamiku yang selingkuh?'

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now