Bab 140. MENGELUPAS

28 4 1
                                    

"Ssssh."

Pesan yang menambah pening kepala Reiko.

Hampir aja aku lupa kalau Bee mau pulang. Reiko terlihat sedikit stress. Tak ingatlah dia dengan masalah handphone itu.

Bee tidak boleh tahu tentang keadaannya. Malah ini yang jadi pikiran utama Reiko.

Tapi bagaimana dia bisa meuntupi semuanya sedangkan mereka satu apartemen?

dreet dreet dreet

"Hah, ada-ada saja. Satu urusan belum beres, satu urusan mengagetkanku."

Telepon yang masuk membuat Reiko segera keluar dari kamar Aida. Dia tidak mau mengganggu seseorang yang sedang tidur terlelap di dalam.

Karena itulah....

Reiko: Iya Papa, ada apa?

Yang menelepon adalah Endra Adiwijaya.

Endra: Aku sudah melihat semua proposal yang kamu buat, Reiko. Aku rasa aku tidak ada masalah dengan rencanamu dan tadi aku juga sudah mengirimnya pada Kakekmu. Lesmana pasti juga sudah menunjukkannya, tinggal tunggu respon Kakekmu.

Yah, di kamar Aida tadi, pekerjaan pertama yang dikerjakan oleh Reiko adalah membuat proposal apa saja yang akan dilakukan di Timur Tengah dan Mesir. Masih rencana kasar. Reiko mengirimkan itu kepada Papanya sebagai draft awal yang akan mereka diskusikan pada tim mereka besok. Karena rencananya dia akan berangkat sekitar seminggu lagi makanya Reiko tidak mau buang waktu.

Reiko: Itu rencanaku untuk di Mesir, Papa. Jadi setali tiga uang. Aku berencana untuk langsung ekspansi juga ke negara Arab lainnya seperti yang kukatakan dan itu sudah kurumuskan dengan biaya seminim mungkin dan effort sebesar yang bisa kita raih. Kita akan coba lihat peluangnya ada di mana dan mana yang lebih menguntungkan untuk perusahaan dan bagaimana tanggapan pemerintah setempat.

Endra: Idemu ini aku suka. Dan memang layak kita coba dulu kalau memang ini berhasil baru kita melakukan ekspansi di sana. Mungkin pengeluaran terbesar awal biasa di promosi.

Tentu saja Reiko tersenyum mendengar itu. Papanya itu memang tidak pernah meragukan Reiko kalau soal pekerjaan. Dia tekun, rajin dan inovatif. Ini yang dibutuhkan bagi seorang pemimpin. Ditambah lagi dia adalah seseorang yang sangat baik sekali bekerja sama dengan timnya. Sungguh Reiko adalah salah satu sumber daya perusahaan yang terbesar. Memiliki CEO seperti Reiko bisa membuat mereka semakin maju.

Itu harapan terbesar Endra pada putra sulungnya.

Reiko: Aku butuh survei Papa. Dan aku rasa ini adalah yang paling bagus sebelum kita menentukan apa yang harus kita lakukan di sana, apakah melanjut ekspansi ini atau tidak. Dan ini akan memakan waktu sekitar satu sampai dua minggu awal barulah kita bisa melanjutkan yang lainnya.

Endra: Bagus-bagus kalau begitu aku setuju denganmu. Itu berarti kamu akan tinggal di sana kurang lebih sekitar sebulan?

Ini belum bisa dijawab oleh Reiko dan dia masih menimang-nimang.

Reiko: Ya mungkin sebulan papa.

Akhirnya setelah tiga detik berpikir, Reiko menjawab.

Reiko: Paling lama satu setengah bulan. Tapi aku juga tidak tahu karena mungkin akan ada banyak perubahan dan aku sedikit bermanuver. Itu semua hanya draft, Papa.

Endra: Hmm, baik. Lakukan yang terbaik. Sepenuhnya aku mendukung dan kamu memang harus membuktikan pada Kakekmu, kalau kamu memang pantas untuk menjadi pemimpin Adiwijaya group.

Jelas saja Reiko tersenyum ketika mendengar penjelasan Papanya yang sangat optimis itu.

Reiko: Aku usahakan di bawah sebulan, Papa. Karena aku juga harus mengurus bisnis yang sudah terlanjur jalan dan Aurora corps. Mereka juga sudah membayar sampai tiga tahapan. Maksudku, nantilah aku jelaskan masalah ini.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now