Bab 24. BYAKTA INTERIOR ADVISER

61 4 0
                                    

"Maafkan saya pak Sandi. Tadi saya mengangkat telepon dulu sebentar."

Reiko bicara saat sudah sampai di hadapan Sandi di depan pintu masuk ruangan tempat dirinya akan meeting bersama Raditya Prayoga dan beberapa staff terkait tentang kerjasama mereka.

"Tidak masalah Pak Reiko. Silakan masuk." Sandi bukan orang yang kepo dan ingin tahu urusan orang lain. Kalau tidak ada gunanya untuk kepentingan bisnis mereka, dia tidak akan iseng.

"Selamat pagi semuanya. Selamat pagi Pak Prayoga."

Di dalam ruangan itu ada beberapa manajer yang memang sudah lebih dulu berada dalam ruangan rapat di samping ruang CEO. Mereka masuk sebelum Reiko sampai di kantor itu dan rapat lebih awal untuk membahas apa yang akan dibahas CEO Aurora Corps bersama dengan Reiko. Kerja tim di Aurora corporation memang sangat rapi sekali.

Mereka tidak mentolerir sedikitpun kesalahan dan akan mencari informasi selengkap mungkin sebelum mereka bekerja sama dengan pihak ketiga.

Ada pintu tembus menuju ke ruangan CEO untuk ruang rapat itu. Dan ruangan itu adalah ruangan rapat utama yang memang tidak diperuntukkan untuk rapat biasa maupun rapat divisi yang tidak ada hubungannya dengan CEO Aurora Corps

"Hmm, memang sejak kapan jam sembilan itu siang hari?"

"Ehm, maksud saya tadi--"

"Tidak perlu berbasa-basi, aku juga masih normal dan tidak tertarik dengan laki-laki."

Nampaknya suasana pagi ini tidak cukup cerah untuk Radit sehingga dia menjawab sapaan salam itu dingin.

Raditya Prayoga memang terkenal sedikit angkuh. Rekan bisnis dan staff yang sering berhubungan dengannya rata-rata sudah mengerti bagaimana sikap Radit.

"Baik Pak Prayoga."

"Raditya, mungkin lebih baik kau memanggilku begitu, Byakta."

Dan lagi-lagi ucapan Radit membuat Reiko sedikit tercengang

Dia tak biasa dipanggil orang dengan nama Byakta. Mereka memanggilnya Reiko atau Adiwijaya. Dan ini untuk pertama kali ada seseorang yang memanggilnya justru memilih nama tengah daripada nama depannya.

"Baik Pak Raditya," tapi untung Reiko masih bisa fokus.

Fuuh, kenapa wajahnya dan cara dia bicara bisa membuatku seperti terintimidasi? bisik di dalam hati Reiko saat dirinya sudah duduk di tempatnya berhadapan dengan Radit di sebuah meja yang berbentuk lonjong dengan staff Radit, duduk di antara mereka di samping sisi kanan kiri meja tersebut.

"Kau, calon CEO dari perusahaan rokok dan kretek terbesar di Indonesia, menyelinap dan mengajukan diri dalam project interior design salah satu mall dan gedung perkantoran terbesar yang kini menjadi project perusahaanku, Aurora Corps di kawasan kota satelit Jakarta. Dan dari semua peserta yang mendaftarkan diri dalam tender itu, sangat mengesalkan sekali kau yang terpilih oleh tim kami," ucap Radit yang masih duduk bersandar di ergonomic chair-nya, dan kini dia sedikit memicingkan mata sebelum melanjutkan ucapannya

"Apa sebenarnya rencanamu mengikuti tender itu? Apa ingin mengacaukan project-ku?"

Tak salah jika Radit bersikap seperti ini. Mendiang Prawiryo, kakeknya, sebagai seseorang yang sangat berpengaruh pada keluarga Prayoga beberapa tahun lalu sebelum kematiannya telah mengatakan sesuatu yang buruk tentang ketidakinginannya bekerja sama dalam satu panggung dengan perusahaan yang memiliki andil cukup buruk terhadap kesehatan masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, rokok memang terkenal memiliki efek samping negatif terhadap kesehatan.

Lalu saat ini ada seseorang dari keturunan Adiwijaya yang memiliki perusahaan rokok dan kretek terbesar di Indonesia justru ada di hadapan Radit dan dia berani masuk ke dalam project-nya.

Bidadari (Bab 1-200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang