Bab 95. TAK TAHU TERIMA KASIH

43 6 0
                                    

Alif: Pak Reiko, saya sudah ada di luar apartemen. Tapi tadi saya bunyikan bel dua kali tidak terdengar sepertinya.

Reiko: Oh, maaf. Tadi saya di kamar mandi. Sebentar saya keluar dokter Alif.

"Kan aku udah minta dibatalin."

Ekor mata Reiko kembali melirik pada Aida yang membuat langkah kakinya yang mau keluar jadi terhenti.

"Ya kalau aku batalin kamu ketemu dokter sekarang, lukamu makin parah," ucap Reiko menunjuk ke kaki Aida.

"Itu akan busuk dan kakimu harus diamputasi. Apa itu yang kamu harapkan?"

"Eeh eng--"

"Apa kamu berharap dengan begitu kamu bisa mengikatku selamanya untuk menjadi suamimu, memanfaatkan kebaikan hatiku begitu, hmmm? Menyiksaku harus mencucikan pembalutmu setiap bulan karena kamu gak mampu ngapa-ngapain, membiarkanmu tinggal di sini karena semua rasa bersalahku tak bisa menceraikanmu dan membuatmu jadi duri dalam daging untuk hubunganku dengan Brigita seumur hidupku?"

"Lah, saya nggak ada niat sama sekali kayak gitu Pak."

Aida tak tahu atas dasar apa Reiko bisa membuat pemikiran begitu.

"Hah, lagu lama. Ketauan niat busuknya langsung panik." Reiko kembali mencibir.

"Kamu begitu menyukaikukah makanya selalu ingin menyusahkanku dan ingin tinggal bersama denganku selamanya?"

"Panggil dokternya masuk Pak, panggil cepetan sekarang juga, Pak!"

Ikutan nyolot akhirnya Aida. Dia sudah kepalang kesal dengan Reiko dan ini membuat dirinya gemas sekali ingin rasanya memberikan tinju pada wajah Reiko yang masih menyeringai padanya.

"Yakin kamu gak akan membuatku sulit kalau dokter Alif dan istrinya ketemu kamu?"

"Hmmm," tegas Aida lagi.

"Karena saya ingin cepat-cepat pergi dari sini lima tahun lagi dan saya akan bertemu suami dunia akherat saya setelah itu."

"Cih." Reiko menimpali sambil memasukkan tangannya di saku celana.

"Kamu keluar dari apartemenku sampai seratus tahun ke depan juga gak bakalan nemu pria yang sudi dan secara sukarela menjadi suamimu dengan kondisi fisikmu macam itu. Kecuali kalau kamu mengunakan uang pemberianku nanti buat ke Korea dan operasi transplantasi payudara."

"Hahaha." Bukan keluar, mereka malah berdebat dulu dan ucapan Reiko membuat Aida terkekeh campur aduk dengan emosinya.

"Maaf Pak, tapi saya gak akan sudi memasang payudara prostetik setelah mastektomi. Dan mungkin Bapak gak percaya sama saya, tapi saya buktikan, setelah kita nanti pisah, lima tahun lagi, saya akan ketemu orang yang mencintai saya apa adanya dengan keterbatasan saya dan kesempurnaannya, kami bisa saling melengkapi, mencintai dan menua sampai tua."

"Hemm. Mimpilah terus sampai semua impianmu pupus."

Braaak!

Dan itulah yang diucapkan Reiko sebelum dia menutup pintunya dengan sangat kencang dan dia memang betul-betul kesal.

"Haaah, laki-laki yang paling baik padanya itu aku. Lihat saja mana ada laki-laki yang mau membersihkan darah haidnya sepertiku? Cih." Reiko mendengus. "Tapi sayangnya aku tidak akan menyukai wanita sepertinya," kesal Reiko yang kini mencebik.

"Aku padahal sudah membersihkan sebersih-bersihnya darah itu tapi dia masih saja tak memujiku, cih. Tak tahu terima kasih, malahan berharap ketemu pangeran tampan berkuda putih yang akan menjaganya. Memang dia pikir ini dongeng Cinderella?" Reiko saat ini memaki pada pintu kamar Aida dengan suaranya yang tentu saja tidak terdengar oleh wanita di dalam sana.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now