Bab 44. TAK SUKA DIKUNTIT TAPI MENGUNTIT

42 3 0
                                    

Haduh, Alhamdulillah, atas bawah, semua ruangan selesai juga semuanya.

Aida memijat lehernya. Pegal sekali. Dia juga memijat lengannya karena pekerjaan hari ini cukup melelahkan saat dirinya keluar dari ruang kerja dan mengutarakan kalimat itu

"Tapi sepertinya aku belum bisa bersenang-senang."

Hanya ada satu hal yang ketika ditatapnya membuat dirinya mengerucutkan bibir.

"Ntar dulu lah, aku mo solat dulu."

Itu yang terucap dari bibir Aida saat dirinya melangkahkan kakinya ke dalam kamar. Dan inilah yang dilihat oleh Reiko yang membuat dirinya sangat kesal

"Ah, jadi dia membersihkannya setelah dia masuk ke kamarnya dulu? Apa yang dilakukan di kamar itu dulu? Apa dia buang air kecil? Atau dia istirahat dulu?"

Reiko tak tahu. Dia juga tidak memperhatikan jamnya. Dia yang tadinya ingin marah pada Aida karena menelantarkan satu bagian yang terpenting.

Tapi kali ini dia bisa tersenyum sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya namun matanya masih tetap memandang laptop itu.

"Serius sekali dia. Sebenarnya apa yang dia pikirkan sambil membersihkannya?" tanya pikiran Reiko yang tak tahu sebetulnya apa yang ada dalam benak Aida yang kini hanya bisa dilihat videonya saja oleh Reiko.

'ature space ini memang sangat bagus. Pantas ia sangat menjaganya. Tapi tempat ini juga yang paling banyak membuat aku bekerja keras harus mengambil daun-daun kering, memperhatikan nutrisi mereka termasuk juga memberikan pupuk dan yang lainnya. Cape.

Yang satu ini bahkan dibersihkan lebih lama daripada ruangan utama di lantai atas. Aida berbisik begitu di dalam hatinya ketika dia baru saja selesai mengurus bagian yang banyak daun-daunnya itu.

Bahkan Aida harus membereskannya setelah solat Ashar. Apartemen Reiko ini sangat besar sekali. Makanya lebih dari lima jam waktu yang digunakan Aida untuk membereskan semuanya. Sungguh membuat tubuhnya merentek.

"Aku yakin sekali kalau dia ada di rumah ini dan harus menyiapkan makan siang, maka aku tidak akan ada waktu untuk beristirahat. Habis bikin makan siang, aku harus bikin makan malam juga. Barulah selepas Isya aku mungkin baru bisa beristirahat."

Benar apa yang dikatakan Aida. Saat ini selepas solat Maghrib dia benar-benar merasa patah semua tulangnya. Aida pun memijat sendiri bahunya. Pegal sangat di bagian itu.

Tak pernah seumur hidup Aida merasa pegal begini karena beres-beres rumah.

Apartemen itu juga memiliki balkon di luar dan itu pun harus dibersihkan olehnya. Jadi hari pertama membersihkan rumah itu pun sudah membuat Aida tepar.

Selesai mengerjakan itu semua kenapa dia tidak keluar lagi?

Tanya yang membuat Reiko kebingungan. Karena memang dia masih memperhatikan layar monitor tepat sekali di saat ini Aida sudah tak menunjukkan batang hidungnya.

Bahkan tadi aku melihat dari dapur dia cuma membawa satu buah apel dan air minum. Apa dia berencana untuk makan itu sebagai makan malamnya? tanya Reiko yang tidak tahu lagi apa kelanjutan dari CCTV itu karena jam yang sekarang itu sama seperti jam di apartemennya. CCTV sudah tidak bisa dicepatkan lagi karena belum ada kejadian apapun.

Dan saat ini

dreet dreet dreet

Telepon yang bergetar itu membuat Reiko segera mungkin mengambil handphonenya

Reiko: Selamat malam Pak Sandi.

Dia melupakan sejenak tentang Aida. Kini matanya sudah tidak lagi menatap layar laptop-nya. Dia memilih menutup komputernya dan menunggu jawaban Sandi

Bidadari (Bab 1-200)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu