Bab 128. PELIHARAAN?

27 4 2
                                    

"Aish, aku pikir kamu mau bilang apa." Reiko tetap maju.

"Tapi Pak."

"Diam. Jangan buang waktuku. Aku masih banyak urusan nih."

Jelas saja ucapan Aida itu tidak dipedulikan oleh orang yang kini mengangkat tubuhnya.

"Sudah cepat lakukan."

"Tapi siapa yang bisa keluar kalau diliatin kayak gini langsung, diplototin juga."

"Ah, aku dulu sama Brigita sering jalan-jalan pagi, banyak tuh pemilik binatang peliharaan yang keluar-keluar...."

"Ya ampun, jadi bapak nganggap saya seperti binatang peliharaan gitu?" Tak mau mendengar lanjutannya Aida memotong.

"Hah, emang kamu mau dianggap apa selain pasienku? Peliharaan, hmm?" sindir Reiko. "Mau dianggap istriku juga?"

"Dih, dari kemarin kan bapak sendiri yang bilang ke saya, bapak udah nikahi saya, jadi...."

"Mana pelayanan kamu kalau mau dianggap istri aku? Tadi malem kamu kasih pelayanan apa?"

Aku ini ngomong sama orang bodoh atau ngomong sama orang nggak punya otak sih? Kenapa ngomongnya dibalik-balik terus? kemarin dia bilang....

"Cepetan keluarin."

"Ga bisa, Pak. Keluar bentaran coba."

"Kalau aku nggak di depan kamu nanti aku nggak lihat kamu ngelepasin perban di tanganmu dan kamu nanti ngebersihin sendiri. Udahlah cepetan lakuin aja."

"Tapi nggak enak Pak, lagi kayak gini, lagi nongkrong ditungguin orang."

"Sudahlah aku menyuruhmu lakukan maka lakukanlah."

Mau menolak juga percuma. Pria itu sudah mengatakan seperti tadi, Aida bisa apa?

"Saya janji udah selesai saya akan panggil Bapak. Tapi Bapak keluar dulu dong. Beneran saya nggak bisa keluar ini Pak, mulesnya malah ilang timbul." Aida memelas.

Aida sudah berusaha lima menitan. Tapi melihat ada orang di hadapannya dia tak jelas rasanya. Ini lebih sulit daripada pipis.

"Oke anggap aku percaya. Tapi kalau kamu sampai bohong sama aku, sampai ngebersihin sendiri, jangan salahin aku jika aku langsung bawa kamu ke kamar dan aku masukin milikku ke dalam milikmu. Ngerti kamu maksudnya apa?"

"Saya lagi haid Pak."

"Aku nggak peduli."

"Ngelakuin sama orang yang lagi haid enggak boleh Pak."

"Aku bilang, aku enggak peduli." Reiko mendelik.

"Kalau kamu bohongin aku, maka aku akan ngelakuin itu."

"Iya Pak nanti saya panggillah."

Kesal Aida, tapi daripada dia harus ditongkrongin seperti ini bukannya lebih baik kalau Reiko menyingkir dulu?

Splash.

Dan suara air yang disiram membuat pria itu kembali masuk ke dalam.

"Saya cuman ngebuang aja Pak biar baunya hilang. Dan ini saya bersihin dulu sebentar."

"Udah aku bilang aku aja."

"Saya aja Pak."

"Ngotot kamu ya."

Di rumah sakit aja kalau suster udah ngeliat pasiennya bisa ngelakuin sendiri maka dia nggak akan memaksakan? Ini petugas medis macam apa kayak gini? Maksa banget. Senang bukan suruh ngebersihin pup? Tak masuk dalam akal waras Aida.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now