Bab 78. TELEPON SAJA

43 4 3
                                    

Aduh sakit banget, dia benar-benar melempar tubuhku? Haaah, kotor semua pakaianku pasti dan pas di beling. Sssh, tanganku.

Jelas saja Aida mengomel dalam hatinya karena memang dia terjatuh tepat di tumpahan sup tadi. Reiko mendorongnya cukup jauh dari posisi tempat sampah yang ada di ujung ruangan hingga kembali ke tumpahan dengan bannyak beling.

Dan yang paling tidak menyenangkan untuknya adalah jatuhnya di bokong lebih dulu dan begitu menyakitkan apalagi Aida bukanlah wanita yang memiliki lemak cukup banyak untuk melindungi benturan terasa hingga ke tulang.

"Jadi maksud bapak saya mencoba menipu keluarga bapak begitu?"

Aida yang kesal kini berusaha berdiri. Dia tidak sama sekali menunjukkan wajah patut dikasihani. Tidak menangis atau ketakutan. Reiko yang terlihat masih emosi di hadapannya ditatapnya kembali, sangat tegar.

"Memang kenyataannya kau seburuk itu." Reiko bicara sambil melemparkan lagi obat itu ke dalam tong sampah.

"Tidak ada lagi alasan kenapa kamu mau menikah dengan keluargaku kalau bukan karena uang."

Jawaban yang membuat hati Aida benar-benar miris

Ibuku tidak menjualku karena uang. Ibuku adalah seorang wanita yang mau bekerja keras dan kami bukanlah pengemis. Tapi dia menikahkanku denganmu karena dia berharap aku bahagia denganmu dan bisa mendapatkan seseorang yang bisa menjagaku dengan penuh cinta sampai maut memisahkanku denganmu. Tapi aku sendiri memang berharap banyak dengan pernikahan ini adik-adikku bisa sekolah.

Aida bermain fair di sini. Dia diam dan tidak menjawab apa yang tadi dikatakan oleh Reiko karena memang merasa kalau dirinya sempat berniat seperti itu.

"Jadi berdasarkan hipotesaku, KAU ....," Reiko menunjuk wajah Aida di saat wanita itu tidak lagi melakukan perlawanan untuk sesaat.

"Adalah wanita yang memang benar-benar busuk!" sinis Reiko.

"Mau kapan kau menunjukkan kekasihmu pada keluargaku?" Reiko menimpali lagi dengan pertanyaan yang membuat Aida tentu saja harus menjawab bukan?

Karena itulah

"Jadi Bapak mau membahas tentang yang kemarin saya bicarakan itukan? tentang nama Waluyo yang menelepon?"

Aida paham kemana arah pembicaraan ini. Dia sudah sangat berkonsentrasi untuk obrolan mereka sekarang.

"Hmm. Dan kebusukanmu selanjutnya, aku tahu kau pasti ingin menjebakku dengan mengatakan aku dan Brigita masih punya hubungan. Jadi kau ingin menjadikan alasan hubunganmu dengan kekasihmu adalah balasan terhadap apa yang aku lakukan bukan?"

Reiko sudah mengeluarkan asumsinya lagi dan tanpa memberikan kesempatan Aida untuk bicara.

"Dengan aku yang menyerahkan kontrak lebih dulu maka kau bisa menyembunyikan kekasihmu. Hingga sebulan kemudian kau menunjukkannya, seakan-akan kalian baru balikan lagi karena aku menyakitimu di pernikahan ini. Begitu kan rencanamu? Supaya semua orang menyalahkan aku? Haha."

Reiko bicara dan mengakhiri ucapannya dengan tawa sinis semacam tadi.

"Kau memang cukup pintar." Reiko langsung menyambung lagi ucapannya sebelum Aida menjawab.

"Yah, aku tahu kau cukup padai dari caramu bicara padaku dan selalu memutar balikan kata-kata."

Lalu Reiko menggeleng-gelengkan kepalanya, geram.

"Dan kau juga cukup pintar untuk menutupi kedokmu di dalam agamamu, berpura-pura alim seperti kebanyakan orang-orang Soleh. Tapi kau tidak lebih dari Anggota Lima Monyet. Wanita murahan. Lebih hina daripada monyet!" pekik pria yang memang berstatus sebagai suami Aida itu.

Bidadari (Bab 1-200)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon