Bab 127. KENAPA BISA LEPAS?

36 4 1
                                    

"Cih." Reiko membuang wajahnya sambil geleng-geleng kepala membuat Aida mencebik.

"Ya emang dia ganteng Pak. Makanya si Sofyan aja bingung terus dia nanya kamu siapa? Soalnya dia ngerasa nggak kenal dan emang bener-bener ganteng."

"Sudah selesai ceritanya? Aku masih banyak kerjaan, belum bikin makan kamu."

"Eh apanya selesai? Belum lah. Terus itu cowok ganteng langsung jawab kalau dia itu adalah Muhammad bin Abdullah, dia itu Rasulullah."

"Heish, jadi kamu Cuma pengen bilang kalau dia itu mimpi gitu?"

"Pak." Aida memberikan penegasan sambil membulatkan matanya dan dia tadi meninggikan satu oktaf ucapannya.

"Mimpi yang gak pernah bisa ditipu oleh setan itu adalah mimpi bertemu dengan Rasulullah. Dan nggak sembarang orang bisa mimpi itu. Dia ngeyakini sendiri di dalam hatinya siapa yang dia temui itu. Dan itu benar-benar rasulullah yang nemuin. Bahkan dia bisa ngejelasin kenapa ayah dari Sofyan As Sau'ri menghitam."

"Kenapa?" Emosi Reiko lebih baik sekarang, dia sudah menaruh tangannya lagi bersedekap tak lagi di pinggang.

"Ya karena ayahnya termasuk orang yang berlebih-lebihan pada diri sendiri dan itu adalah dosanya yang cukup besar." Aida sedikit bergidik dan kini tersenyum pada Reiko.

"Tapi syukurlah dia diselamatkan dengan sholawat itu. Rasul sendiri yang datang dan mengusap wajahnya lalu habis itu Sofyan As Sau'ri kebangun, dia kaget dong karena mimpinya itu langsung deh dia buka wajah ayahnya tuh langsung bersih, putih, cerah."

Dan kini sebuah senyum pun diberikan oleh Aida kepada Reiko.

"Makanya untuk orang yang banyak dosa mendingan banyak-banyak baca sholawat. Memang Nabi Muhammad tidak bisa memberikan syafaatnya kepada orang yang tidak diizinkan oleh Allah. Tapi tetap aja minimal Rosul ngeh kalau Bapak itu adalah salah satu umatnya. Mungkin aja dari sholawat itu Bapak bisa dapat petunjuk ke jalan yang benar."

"Mintalah pada Tuhanmu apapun yang kamu minta dan terserah kalau kamu mau menyenandungkan itu lagi. Sekarang aku mau bikin makanan buat kamu."

Mau merespon lebih apa yang dikatakan Aida malah kata-kata itulah yang keluar dari bibir Reiko.

"Oh iya udah. Bapak nggak minat gitu berdoa?" tanya Aida sebelum Reiko melangkah.

"Bapak kan udah bangun jam tiga pagi. Padahal kalau bapak bangunnya jam tiga pagi bapak bisa berdoa dulu, karena saat itu adalah saat di mana Tuhan, pemilik alam semesta ini turun ke muka bumi dan dia bicara, siapa aja yang berdoa padanya maka akan dikabulkan. Dan itu adalah di sepertiga malam." Mata Aida berbinar-binar di saat Reiko meliriknya sedangkan wanita itu tidak sedang menatapnya justru seperti melayangkan pandangannya pada sesuatu yang entahlah apa itu di benaknya.

"Mintalah sesuatu supaya hidup bapak dipermudah dan dikasih jalan supaya bisa nikah cepet-cepet sama calonnya Bapak itu Ratu Lebah. Jadi enggak jadi zina terus." Dan kini Aida bicara lagi sampai di akhir kalimat dia menatap Reiko.

"Tahu enggak Pak, orang zina itu kan dosanya besar banget. Dan orang yang bisa bangun di sepertiga malam itu adalah orang yang dapat nikmat luar biasa. Karena, nggak setiap orang bisa ngelakuinnya."

"Udah belum bicaranya?"

Anggukan kepala terlihat dari Aida.

"Bagus." Reiko menghembuskan napas lega. "Urusin aja diri kamu sendiri, nggak perlu ngurusin aku."

"Lah dia sewot sih," protes Aida lagi yang tentu saja masih di dengar Reiko karena mereka masih satu kamar yang sama.

"Kita harus minta Pak sama Tuhan."

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now