Bab 196. WANITA NORMAL

26 4 1
                                    

Ssssh!

Aida mendengus dalam hatinya meski berusaha untuk tetap membuat mimik wajahnya datar.

Sabar Aida! Dia bisa melihat melalui CCTV jika kamu marah-marah, itu bisa membuat kesenangan sendiri untuk dirinya. Jadi sekarang fokus untuk buat makanannya dan Jangan berpikir macam-macam! Walaupun kamu kesal, tunggu sampai kamu masuk ke dalam kamarmu dan mengungkapkan semua kesalmu!

Saat ini Aida baru saja keluar dari ruang kerja Reiko dan dia baru menuruni tangga menuju ke arah dapur.

Mana ada sih pikiran wanita yang tidak kacau balau melihat penampilan Reiko tadi di ruang kerjanya.

Aida ini wanita normal. Saat ini usianya juga masih belia, di delapan belas tahun. Usia dengan keingintahuan besar dan hasrat yang sangat besar sebagai remaja beranjak dewasa.

Tak bisa disalahkan, Aida juga memiliki nafsu dan keinginan pada lawan jenisnya.

"Tapi tidak padanya! Kamu menolongnya hanya sekedar membalas budi dan menghilangkan semua rasa bersalahmu padanya, Aida!"

Kata-kata itu terlontar dan hanya bisa didengar oleh Aida yang sekarang sedang memotong-motong sayuran.

"Dan aku lupa lagi tanya ke dia mau makan apa!"

Aida tadi hanya ingin keluar cepat-cepat dan membuat dirinya bisa bernapas normal untuk sementara waktu, sebelum kembali mengantar makanan ke dalam ruang kerja Reiko.

"Semangat Aida! Kita masak yang gampang saja yang penting ada kuahnya dan hangat. Setelah selesai kamu memberi makan padanya, saat itu semua tugasmu malam ini selesai dan kamu bisa masuk ke dalam kamarmu lagi!"

Aida mencoba menyemangati dirinya sendiri karena dia tidak mau terkekang oleh Reiko lebih lama.

Alasan inilah yang membuat Aida cepat-cepat memotong sayurannya dan menyiapkan sesuatu untuk menu mereka hari ini.

Ayo doooong fokus Aida! Jangan pikirkan itu!

Bagaimanapun Aida ingin melupakan, tapi tetap saja bayangan Pria yang duduk di sofa tanpa sehelai busana membuat wajahnya memanas.

Yah, ini pasti panas karena panas dari kompor! Orang aku lagi ngaduk makanan kok di depan wajan!

Aida mengumpat dan bersungut pada hatinya sendiri karena dia memang tidak menginginkan mengingat itu. Hanya saja, bayangan kejadian itu terus mengganggunya, membuat otak warasnya ringsek.

Tuhan tolong aku, hanya dengan mengingat Tuhanlah hati menjadi tenang kan! Astagfirullahaladzim!

Hatinya mulai berdzikir untuk membuat benaknya tidak mengarah ke scene itu lagi dan lagi.

Tapi, berapa kuat aku beristighfar tetap saja aku masih merasakan kotak-kotak tubuhnya yang aku sentuh!

Yah, Aida kan tadi memang memegang ABS Reiko untuk mengolesi minyak.

Ih, kok kesal aku! Aida bersungut lagi, berusaha untuk menyibukkan dirinya dengan barang-barang di dapur yang sudah dipakainya dan ingin dicuci.

Sambil menunggu masakannya mendidih dan matang. Aida tak mau nganggur. Dia memilih melarutkan dirinya dalam pekerjaan supaya pikiran itu tak mengganggunya lagi.

Cuci piring, membereskan working table, menyiapkan piring, mengelap, semua dilakukannya.

"Nah sudah matang!" Aida lega.

"Aku bisa segera membawa padanya dan menyelesaikan urusanku dengannya. Lalu masuk ke kamarku lagi!"

Ini sudah lewat dari jam tidur Aida. Makanya dia tak mau buang waktu. Aida ingin cepat-cepat selesai dan ingin cepat-cepat membuat dirinya bisa bernapas lega.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now