Bab 113. MY VALENTINE

41 6 4
                                    

BRAAAK!

"Haaah."

Sambil menghempaskan napas pelan, Reiko mengucek kepalanya yang pening dan dia juga merogohkan tangannya ke saku celananya.

"Fuuuh, gara-gara kau pekerjaanku semuanya jadi berantakan," protes Reiko dengan tangannya yang sedang menggulir layar handphonenya dan kakinya yang berjalan pelan menuju ke arah sisi tempat tidur karena dia ingin duduk sedikit meregangkan tubuhnya dari pegal.

"Tidak kau. Tidak keluargamu. Tidak pamanmu. Tidak calon menantunya. Semuanya menyusahkanku saja," keluh Reiko lagi, sebelum dia menempelkan handphone ke telinganya menunggu jawaban dari ujung sana.

Endra: Semua baik-baik saja?

Reiko: Aman terkendali Papa. Brigita tidak ada di sini, jadi aku bisa membuat kakek tidak curiga apapun.

Endra: Sakit apa dia sampai kakekmu terlihat panik begitu?

Reiko: Terkena beling. Aku yang membuatnya sampai terluka begitu karena kemarin ada kesalahpahaman.

Endra: Salah paham?

Pertanyaan yang diberikan Endra ini berbarengan dengan Reiko mengusap wajahnya untuk menghilangkan penat.

Reiko: Hanya kesalahpahaman Papa. Tidak masalah dan semuanya sudah aku bereskan. Dan untuk masalah Brigita datang ke kantor bagaimana?

Endra: Deni sudah mengurusnya. Dari kekasihmu pergi kantor ini sudah dimanipulasi CCTV-nya. Untuk yang satu itu aku lebih cekatan dan tak perlu kau pikirkan.

Lega hati Reiko mendengar ini makanya dia bisa tersenyum simpul.

Reiko: Mungkin Brigita akan kembali ke sini weekend Papa. Ada beberapa yang harus dilakukan dulu di sana katanya juga ingin liburan dulu bersama temannya. Papa tidak menguntitnya lagi kan?

Endra: Aku sebetulnya tidak suka kau bergaul banyak dengan Tommy, dan yah ... karena orang yang mengikuti Brigita sudah pulang bersama denganmu dan Deni.

Reiko: Fuuh, baguslah. Aku hanya ingin Brigita tenang liburan tanpa terganggu mata-mata Papa. Apa ini karena Papa takut aku membantu Tommy dan membuat namanya perusahaannya membaik lagi?

Endra: Salah satunya. Karena aku sudah berjuang lebih dari sepuluh tahun untuk membuat perusahaan ini bisa menyalip posisinya.

Reiko: Papa bukan kita yang menyalip posisinya tapi memang dia posisinya sudah dikalahkan oleh keluarga Prayoga.

Endra: Kalau hanya dikalahkan oleh keluarga Prayoga saat ini dia tidak akan di posisi ketiga. Kita yang ada di posisi kedua sekarang. Makanya kita harus mempertahankan ini. Dan satu hal lagi, proyek yang dia buat di Bali itu adalah proyek yang bisa membuat namanya terdongkrak kembali. Aku ingin kau berhati-hati untuk tidak ikut campur di sana.

Reiko: Tapi sebenarnya aku tahu itu proyek yang bagus. Apalagi dia bekerja sama dengan MTC.

Endra: Hmm. Pikirkan saja bisnismu sendiri tak perlu memikirkan bisnis orang lain. Kakekmu datang ke sini membawa sebuah proposal untuk pengembangan ke Mesir. Buat bagaimana caranya kita bisa mengembangkan ini di Mesir.

Reiko: Aku menolaknya.

Endra: Hah? Apa maksudmu menolaknya?

Reiko bukan orang yang suka basa-basi dan bicara langsung pada intinya begini.

Apalagi sekarang dia mengatakan tentang penolakan.

Sungguh Endra tak bisa berpikir.

Reiko: Papa, kita diminta untuk minta tolong pada Farhan. Dia itu adalah keponakannya Waluyo. Dan Waluyo itu adalah pakdenya Aida. Tetangganya kakek dan teman dekatnya kakek. Aku rasa ini ide buruk untuk berbisnis dengan mereka.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now